Sabtu, 22 Oktober 2011

ILMU ALLAH

by Ilmu Hakekat Usul Diri

** HUBUNGAN ILMU ALLAH DENGAN MANUSIA **
Manusia dijadikan oleh Allah untuk berbakti kepadanya dan  untuk menyatakan dirinya sendiri pada :   Zat,   Sifat,   Asma   dan   Apaalnya.
Firman Allah surah Az-azariaat ayat 56
Dan untuk mencurahkan baktinya kepada Allah maka manusia haruslah mengenal Allah,
Sabda Rasullullah :  Awaludin Makrifatullah = Awal agama adalah mengenal Allah
Oleh karena itu untuk bisa makrifat kepada Allah maka diberikanya ilmu kepada manusia melalui akal dan iman dengan satu harapan agar manusia mengetahui hakekat sebenarnya tujuan mereka ada di dunia ini.
Sesungguhnya semua ilmu yang ada pada manusia adalah ilmu Allah semata-mata sedangkan pada hakekatnya manusia itu adalah kosong tidak ada apa-apanya.
Surah Yunus ayat 57
Manusia sebenarnya tidak berhak atas sesuatu, hanya Allah saja yang Empunya, bagaimana manusia bisa mengaku “ ini hak aku “ atau “ itu hak aku “ sedangkan dirinya sendirpun bukan hak dia, tetapi hak Allah semata-mata.
Adapun Ilmu Allah terbagi atas tiga bahagian :
Ilmu Kalam, Ilmu Gaib, Ilmu Syahadah
Firman Allah Surah Iqra ayat 3-5
Firman allah surah al-Hasyr ayat 22
1.    ILMU KALAM
Adapun Ilmu Kalam ini adalah satu ilmu yang dapat dipelajari oleh manusia dengan manusia biasa dengan tujuan untuk memahami sesuatu di alam semesta kita ini, ilmu ini dapat di pahami dan diterima oleh pancaindera kita.
Ilmu kalam biasanya membicarakan dan mengajar manusia tentang sesuatu yang zahir semata-mata yang bisa diterima oleh daya pemikiran manusia saja.
Ilmu kalam bisa dipelajari di sekolah secara formal atau secara informal dengan masyarakat dan mahluk alam di sekeliling kita.
Tingkatan ilmu ini hanya bisa diterima oleh pancaindra dan hanya dimengerti oleh orang itu sendiri, tetapi orang itu tidak dapat menerangkan apa yang dia pahami kepada orang lain dengan menggunakan ilmu kalam ini.
Pemahaman terhadap ilmu ini adalah dengan apa yang di lihat,  di dengar, dirasa, oleh pancaindranya hanya sebatas itu saja dan tidak dapat diterangkan tentang pengalaman ilmunya kepada orang lain,
bahwa : kita tidak dapat menerangkan bagaimana rupa dari warna merah kepada orang buta sehingga orang buta tersebut dapat memahami dan mengenal rupa warna merah tersebut.
Jawabanya tentunya tidak bisa kita menjelaskannya, tetapi apakah kita tidak kenal dengan warna merah jawabanya kita kenal, lalu jika kenal kenapa pula kita tidak dapat memperkenalkan kepada si buta tersebut.
Ini menunjukkan bahwa tahap pencapaian pengetahuan ilmu kalam hanya sampai ke tahap ini saja tidak lebih dan tidak sampai kemana-mana.
Kalaulah warna merah yang berwujud dan dapat dilihat dengan mata  tidak bisa kita menjelaskannya kepada orang buta lalu
bagaimana halnya untuk memperkenalkan diri Allah s.w.t yang bersifat tidak sama dengan benda-benda yang ada di alam semesta ini?
Melihat kondisi seperti ini maka ilmu yang dapat menerangkan sesuatu yang tidak bisa diterangkan dengan ilmu kalam adalah Ilmu Gaib.
Dengan ilmu kalam manusia bisa mengkaji atom, tetapi manusia yang membuat kajian atom tersebut tidak mengerti apa itu atom sebenarnya, hal ini jika ditanya kepada seorang professor sekalipun sudah tentu dia tak dapat menerangkannya.
Biasanya ilmu kalam banyak menggunakan logika yang bisa diterima akal manusia, sebenarnya ilmu kalam ini adalah satu ilmu untuk berkomunikasi sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Yang mengajarkan ilmu kalam adalah guru zahir (manusia biasa) yaitu manusia yang mendapat pendidikan formal dari sekolah atau dari gelombang hidup masyarakatnya sendiri disamping kajian yang dibuat oleh manusia tersebut dengan fikirannya.
Sesungguhnya fikiran itu telah di ilhamkan oleh Allah kepada manusia tersebut didalam bidang-bidang tertentu dan kemudian disampaikan pula kepada manusia bahasa yang ada.
2.    ILMU GAIB
Adapun ilmu Gaib adalah ilmu yang dapat menjelaskan sesuatu yang tidak dapat diterangkan oleh ilmu kalam, ilmu ini meliputi alam sagir dan alam kabir.
Ilmu gaib hanya bisa diajarkan sepenuhnya oleh guru gaib dan tidak bisa diajarkan oleh guru zahir, dalam hal ini pengajaran dan pengkajian ilmu ini guru zahir hanya bertindak sebagai penasehat mengikuti pengalaman (mursyidnya) didalam bidang hakiki dan makrifat terhadap seseorang yang menerima ilmu gaib.
Biasanya guru gaib yang mengajarkan ilmu ini adalah terdiri dari wali-wali Allah yang gaib, para nabi dan rasulnya,
Mereka yang memegang ilmu gaib adalah yang dianugrahkan oleh Allah atau mereka-mereka yang sedang menjalani jalan hakiki dan makrifat melalui jalan tasauf atau sufiisme.
Ilmu gaib adalah satu ilmu pengetahuan yang luas sekali sehingga tidak bisa dicapai oleh daya pikir manusia, sesungguhnya pemegang – pemegang ilmu gaib adalah terdiri dari dua golongan manusia, pertama adalah mereka yang dipilih sendiri oleh Allah untuk dikaruniakan dengan ilmu gaib melalui satu cara penyampaian yang disebut LADUNI, bagi mereka ini akan terus diajari ilmu gaib oleh guru-guru gaib.
Adapun bagi golongan kedua adalah mereka yang menemui jalan hakekat kepada Allah dengan cara berguru dengan guru-guru hakekat dan makrifat serta mursyid yang mengetahui akan hakekat dan makrifat dan kemudian menerima petuah-petuah dari guru serta beramal dengan segala petuah gurunya itu. maka orang tersebut kemudian  mendapati Laduni melalui perantaraan guru gaib yang terdiri dari wali-wali Allah, nabi-nabi dan rasul-rasul.
Tingkatan ilmu gaib adalah menembus tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi serta apa saja yang ada diantara keduanya.
Bermula cara mendapatkan ilmu ini, maka seseorang ini hendaklah mensucikan jiwanya dengan mengamalkan kaedah-kaedah hakekat yaitu jalan menuju kepada Allah dengan jalan mengenal diri mengikuti kaedah-kaedah tasauf atau jalannya orang sufi.
Agar jalan sufi dapat dicapai maka orang ini harus juga tahu membersihkan diri dan jiwa raganya.
Oleh karena itu ilmu ini hanya boleh dicapai oleh akal dan iman saja
Maka seseorang yang hendak memiliki ilmu gaib ini harus mendapat akal terlebih dahulu dalam hidupnya, akal ini hanya bisa dihasilkan oleh hati orang-orang mukmin terhadap Allah s.w.t saja.
Sebelum mendapatkan akal maka orang itu harus menghancurkan gumpalan darah kotor diujung jantung mereka yang menjadi tempat istana iblis.
Bila saja hancur gumpalan darah kotor tersebut maka terpancarlah satu NUR dari dalam jantung yaitu Nur Kalbu.
Sesungguhnya cahaya atau nur ini adalah hatinya orang Mukmin artinya hati orang-orang mukmin itu adalah ISTANA ALLAH.
Dengan adanya akal maka manusia tersebut akan mempunyai Iman yaitu keyakinan hakiki terhadap sesuatu atau penerimaannya secara mutlak tanpa ragu-ragu terhadap sesuatu yang diterima melalui ilmu gaib walaupun sesuatu itu tidak bisa diterima oleh logika berfikir manusia.
Kadar kuasa penerimaan terhadap ilmu gaib yang luas ini adalah tergantung kepada kadar tingkat kesucian hati dan jiwa manusia tersebut.
Surah Al-Taghaabun ayat 11
Makin suci hati seseorang dengan Allah maka semakin tinggilah tingkat penerimaan ilmu gaib ini.
Pengetahuan ilmu gaib ini dapat dilihat dengan mata bashir, dengan telinga batin dapat pula dirasakan dengan hati hakiki yang dimiliki orang-orang Arifinbillah.
Ilmu gaib diajarkan kepada orang-orang tertentu melalui jalan LADUNI dengan 5 cara yaitu :
Dengan cara :  Nur,  Tajali,  Syir,  Syir-usyir  dan  Tawasul
1.    Dengan cara NUR
Cara ini biasanya diterima oleh seseorang yang sedang menjalani tarekat tasauf, biasanya datang melalui sebuah mimpi yang dialami oleh seseorang yang mengamalkan tarekat tasauf, mimpi ini bisa berupa kiasan atau secara terang-terangan.
Bila seorang murid dalam tidurnya bermimpi maka menjadi kewajibannya untuk menceritakan mimpinya kepada gurunya untuk mendapatkan penafsiran mimpi tersebut.
Dan bagi seorang guru yang mursyid dan berpengalaman sudah tentu dapat menerangkan arti mimpi yang diterima oleh anak muridnya.
Didalam mimpi tersebut orang-orang tasauf mungkin saja diberi kiasan dengan satu peristiwa yang dialaminya dalam mimpinya atau guru gaib yang terdiri dari Rasul-rasul, Nabi dan Waliullah datang mengajar sesuatu kepadanya didalam mimpi tersebut.
Maka dengan jalan mendapatkan mimpi tersebut orang-orang yang menjalani ilmu tasauf dapat menerima Ilmu gaib.
Firan Allah surah Yusup ayat 6
2.    Cara TAJALI
Tajali disini diartikan sebagai penjelmaan buah pikiran dari perasaan “ Zok ” selama mereka menjalani latihan tarekat tasauf.
Dengan mengalami “ Zok ” terhadap Allah maka tercetuslah dari mulut atau terlintas di akalnya suatu pengetahuan baru yang tidak pernah di dengar atau di ucapkan oleh mereka sendiri sebelumnya.
Misalnya    :    terbacalah dia sepotong doa padahal selama ini orang tersebut tidak pernah membaca doa sedemikian.
Didalam menghadapi tajali ini seseorang itu hendaklah bertanya kepada gurunya untuk mendapatkan keterangan yang lebih jelas, dengan rasa tajali ini maka seseorang itu akan memperoleh ilmu gaib.
NB,  Cara Tajali :
Biasanya seseorang yang sedang mengalami tajali sering timbul dikepalanya banyak persoalan kemudian dikemukakan persoalan tersebut kepada dirinya sendiri lalu didapatinya satu persatu jawaban yang tepat dan memuaskan hatinya, walaupun persoalan dan jawaban yang diperolehnya belum pernah dialami sebelumnya
Bila dilihatnya sesuatu maka secara tidak disengaja timbul dihatinya suatu ilham dan minat untuk mengkajinya, disinilah terbitnya persoalan, kajian dan jawaban dari akalnya sendiri.
Walhasil, dibandingkannya sesuatu itu dengan dirinya sendiri, tentang sikapnya, perangainya, pendiriannya dan sebagainya yang akhirnya menimbulkan kesadaran besar pada dirinya sendiri terhadap Allah s.w.t.
3.    Cara SIR
Adapun SIR itu adalah satu jalan penyampaian ilmu gaib secara rahasia, hanya dapat dirasakan dan didengar oleh orang itu secara jelas.
Biasanya seseorang yang sedang menjalani alam tasauf dapat menerima SIR ini diwaktu-waktu tertentu, biasanya melalui pendengaran telinga batin.
Dimana seseorang itu akan mendengar suatu suara yang datang kepadanya, suara tersebut akan memberitahukan sesuatu yang mengajar ilmu gaib dengan terang dan jelas, bisikan tersebut akan dirasai beserta dengan satu kenikmatan yang tak bisa diceritakan dengan kata-kata.
Cara SIR ini biasanya dinamakan oleh sebagian ahli tasauf sebagai radio atau telepon karena yang datang adalah suara-suara, inilah suara wali-wali Allah yang agung, yang mengajar seseorang itu tentang ilmu gaib.
Bila seseorang itu menerima SIR maka hendaklah menberitahukan hal tersebut kepada gurunya untuk mendapat penjelasan terhadap apa yang diperoleh dari guru gaib tadi.
4.    Cara SIRUSIR
Cara SIRUSIR adalah merupakan satu jalan penyampaian ilmu gaib dengan cara rahasia didalam rahasia.
Seseorang yang menerima ilmu gaib dengan cara ini maka mereka dapat melihat dengan mata bashir dan dapat mendengar dengan telinga batin mereka tentang peristiwa atau pengajaran ilmu gaib disamping itu saat penerimaan gambar dan pendengaran suara mereka juga merasakan suatu nikmat yang luar biasa.
Mereka bisa melihat dan mendengar dengan mata kepala mereka sendiri, hal ini bisa diibaratkan seperti tayangan gambar ditelevisi  atau tv phone.
Oleh karena itu sebagian orang tasauf menamakan ini sebagai penerimaan televisi, dan bagi seorang murid yang menerima pengajaran ilmu gaib dengan cara ini maka hendaklah menceritakan hal ini kepada gurunya supaya mendapat penjelasan lebih lanjut.
5.    Cara TAWASUL
Cara TAWASUL adalah dengan cara penjelmaan oleh guru atau wali-wali Allah yang gaib dan mereka menjelma untuk bertemu dengan orang-orang tertentu yang sedang menjalani tasauf, mereka ketemu dalam keadaan hidup-hidup, bukan dala keadaan mimpi, tidur atau sebagainya, dia datang sama seperti kita menerima kedatangan tamu pada umumnya.
Mereka datang dan memperkenalkan diri mereka dan tujuan kedatangannya, mereka akan mengajarkan ilmu gaib kepada orang-orang tersebut secara langsung, dan kita harus memahami pengajaran mereka tanpa ragu-ragu.
Kadang-kadang penjelmaan mereka bisa dilihat orang ramai jika pada waktu itu lagi ada orang.
Pengajaran ilmu gaib oleh guru-guru gaib dengan cara ini adalah jelas dan terang, kita dapat juga menanyakan hal-hal apa saja yang tidak kita pahami kepada mereka.
Perlu diingat bahwa kedatangan mereka itu adalah merupakan satu penghormatan kepada ahli tasauf atau sufi dan dengan ini terbentuklah satu hubungan yang baik dintara kedua belah pihak.
Bagi mereka yang dapat menguasai dan menyelami sendiri alam ilmu gaib maka sudah pasti mereka dapat menjelajahi seluruh alam semesta, tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.
Mereka juga diberi peluang untuk menjelajahi dialam lain termasuk alam barzah, surga dan neraka, Arash dan qursi Allah s.w.t dan ini bermakna bahwa mereka yang sampai ke martabat ini dapat menjelajah kesuatu alam yang jauh keluar daripada garis-garis tahap pikiran manusia.
Surah… Ayat… ( cari )
Artinya : barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar (alam lain)
Orang yang mencapai tingkat ini disifatkan oleh Rasullullah sebagai orang mati sebelum mati.
Hadist    :   Almauttu qablal maut =  matikan dirimimu sebelum kamu mati
Mereka yang telah mencapai ke peringkat ini adalah mereka yang telah berhasil dijalan hakekat dan makrifat dengan Allah. Jiwa mereka sering tenang disamping tuhannya semasa hidupnya di dunia ini atau di akhirat nanti. Mereka adalah termasuk golongan orang-orang yang baik dan beruntung.
ILMU SYAHADAH
Adapun ilmu syahadah adalah satu ilmu yang paling tinggi didalam mempelajari ilmu-ilmu Allah yang bisa dikuasai oleh manusia. Inilah martabat ilmu yang tertinggi.
Ilmu ini adalah satu ilmu makrifat dan syahadah secara sebenar-benarnya kepada Allah s.w.t.
Ilmu syahadah artinya tuhan sendiri yang akan mengajar manusia mengenali dirinya dengan lain perkataan bahwa ilmu syahadah adalah ilmu untuk menyatakan diri Allah itu sendiri.
Hanya orang-orang yang mencapai martabat ilmu gaib yang paling tinggi saja yang dapat menguasai ilmu syahadah ini.
Jika Ilmu kalam diajar oleh guru zahir dan ilmu gaib diajar oleh guru gaib maka ilmu syahadah hanya boleh diajar oleh guru batin saja yaitu diri batin kita sendiri yang telah mencapai makrifat kepada Allah dengan lain perkataan bahwa Tuhan sajalah yang boleh  mengajar diri kita akan rahasia ilmu ini.
Tingkat pengalaman dan pencapaian ilmu ini adalah jauh daripada ilmu gaib dan inilah ilmu yang paling tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia.
Ilmu ini hanya bisa dicapai oleh para Rasul, Nabi dan Wali-wali Allah yang teragung.
Alangkah mulianya bila kita dapat menyelami sendiri ilmu tertinggi ini dan sudah barang tentu kita akan menjadi manusia beruntung dan mendapat keridhoan Allah s.w.t.
Semoga bermanfaat, wasalam
7 hal tentang tuhan.
1. Tuhan tidak bisa disembah karena apa-apa yang disembah berada dihadapan orang yang menyembah, karena ketika kita berfikir seperti itu maka tuhan itu bertempat, sementara tuhan tidak ada dimana atau dimana seperti apa yang ada dipikiran kita, dengan pikiran saja kita tidak bisa menjakau keberadaan tuhan.
2. Tuhan tidak bisa memberikan kita apa-apa karena tuhan sudah tidak punya apa-apa, bukankah dulu sudah tuhan katakan bahwa kami sudah memberikan semuanya kepadamu tinggal kamu mencarinya saja, jadi buat apa kita berdoa dengan tujuan meminta kepada tuhan, ketika doa yang kita maksudkan adalah meminta kepada tuhan maka sesungguhnya kita tidak yakin yang berarti kita tidak kenal, sesungguhnya doa itu sebanding dengan kwalitas hidup kita jadi cukup kita memperbaiki pola hidup karena dari situlah suatu doa akan dikabulkan
3. Tuhan tidak  memberikan ganjaran kepada kita berupa siksaan karena kita berbuat hal yang jahat, atau tuhan juga tidak  memberikan kita hadiah karena kita berbuat hal yang baik, bahwa apa-apa yang kita kerjakan hanya di proyeksikan oleh tuhan jadi kitalah yang selama ini menghukum diri kita sendiri atau kita juga yang menghadiahkan diri kita karena tuhan hanya sebagai saksi yang abadi.
4. Tuhan itu tidak ada sesuai dengan apa yang kita bayangkan dan yang ada di pikirkan kita selama ini, karena tuhan tidak bisa dibayangkan dengan keterbatasan pikiran kita, tuhan juga tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, bila tuhan itu bisa dijangkau dengan akal atau bisa dijelaskan dengan kata-kata maka itu pasti bukan tuhan.
5. Tuhan tidak mempunyai kapasitas untuk membuat keajaiban di muka bumi ini, karena sesuatu yang terjadi harus melalui proses dan proses itu terkait dengan hukum alam yang sudah ada dan tuhan pun tunduk kepada hukum alam.
6. Tuhan tidak lebih tinggi dari manusia atau manusia tidak lebih kecil dari pada tuhan, rahasia kamu adalah rahasia aku dan rahasia aku tersimpan dalam rahasia kamu, kamu adalah aku dan aku adalah kamu ini tentang kesetaraan bahwa kita asal dari tuhan dan kita akan sirna dihadapan tuhan.
7. Tuhan itu bukan tuhan, karena tuhan yang kita yakini sekarang adalah tuhan yang sudah menurunkan kwalitas dirinya karena awal sebelum ada apa-apa, belum ada awal bahkan belum ada yang namanya tuhan hanya ada zat semata-mata.

USUL DIRI

by Ilmu Hakekat Usul Diri

** HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH **
Pada alam Gaibul Gaib,  dalam  keadaan belum ada apa-apa, belum ada Awal dan belum Akhir, belum ada Bintang, belum ada Bulan, belum ada Matahari, belum ada Bumi ini, belum ada sesuatu apapun, bahkan belum ada Tuhan yang bernama ALLAH, saat itu yang ada hanya ZAT semata-mata maka dalam keadaan ini diri yang punya ZAT tersebut telah mentajalikan dirinya untuk memuji dirinya.
Maka ditajalinya Nur Allah kemudian ditajalinya pula Nur Muhammad (Insan Kamil) pada peringkat ini disebut martabat : Anta Ana – Ana Anta ( aku engkau engkau aku ) maka dalam keadaan ini si empunya ZAT telah bertanya kepada Nur Muhammad  dan sekalian Roh untuk menentukan kedudukan yaitu taraf ketuhanan dan taraf hamba, lalu ditanyakannya kepada Nur Muhammad “  ini Tuhanmu? “ maka dijawablah oleh Nur Muhammad yang mewakili seluruh Roh “ Ya.., Engkaulah Tuhanku “.
Hadist….( cari )

Firman… (cari)
Hadist qudsi : aku suka mengenal diriku, lalu aku jadikan mahluk ini dan aku perkenalkan diriku kepada mereka lalu mereka juga mengenalkan diriku.
Apa yang dimaksud dengan mahluk ini ialah Nur Muhammad sebab seluruh kejadian alam semesta ini dijadikan dari pada Nur Muhammad maka sesudah Roh-roh itu bersumpah  jadilah alam Kabir ini atau alam Semesta ini.
Sebelumnya diri yang empunya ZAT (Zattul Haq) dalam rangka untuk memperkenalkan dirinya, DIA menyerahkan rahasia dirinya kepada Nur Muhammad (Manusia) tetapi di dalam hal ini sebelum manusia sanggup menerimanya tidak ada satupun mahluk di alam
semesta ini yang sanggup memikul suatu rahasia besar  yaitu rahasia diri ALLAH s.w.t.
Pernah ditawarkan rahasia itu kepada langit, bumi, gunung-gunung tetapi semuanya tidak sanggup untuk menerimanya.
Tujuan empunya ZAT mentajalikan Nur Muhammad itu adalah untuk memperkenalkan dirinya sendiri dengan diri rahasianya, maka diri rahasianya itu ditanggung dan diamanahkan kepada yang bernama INSAN yaitu yang bertubuhkan diri batin yang bernama ALLAH (Rohani).
Hadist qudsi : al insanu sirrih wa anna sirruh   ( Manusia itu rahasia aku dan aku rahasianya )
Firman… (cari )
Maka, terimalah manusia diri rahasia Allah itu dan menjadi tanggung jawab manusia menjaga amanah tuhannya itu dengan cara mengenal dirinya serta memuji dan memuja rahasia dirinya sejak ia dilahirkan ke alam dunia sampai ia kembali kehadirat Tuhan pemilik rahasia.
Disamping itu manusia juga diamanahkan untuk menjadi pemerintah diantara semua mahluk yang ada di alam kabir (alam semesta) yang terbentang luas ini.
Firman allah surah al-baqarah ayat 30
Firman allah surah an-nur ayat 55
Ini berarti dua amanah penting yang harus dipikul dan menjadi tanggung jawab manusia :
Pertama : menjaga, mengenal, memuji dan mengembalikan amanah rahasia itu kepada yang punya rahasia yang dikandung oleh alam sagir yaitu batang tubuh manusia itu sendiri
Kedua : menjaga amanah pemerintahan di alam semesta ini.
Dengan lain perkataan tugas manusia adalah menjaga dan mengawal hubungannya dengan tuan empunya diri rahasia dan juga dengan mahluk lain.
Oleh karena diri rahasia telah diterima maka menjadi tanggung jawab manusia untuk menunaikan sumpahnya dahulu, dan untuk tujuan ini maka Adam dizahirkan untuk meperbanyak diri-diri penanggung rahasia dan berkembang dari satu dekade ke satu dekade, dari satu generasi ke generasi yang lain, sampailah alam kabir ini mengalami kiamat dan rahasia dikumpulkan kembali.
Adapun yang dinamakan manusia itu adalah karena dirinya mengandung rahasia, dengan lain perkataan manusia artinya dirimu mengandung rahasia.
Oleh karena diri manusia menanggung rahasia maka manusia haruslah berusaha mengenal dirinya karena dengan mengenal dirinya saja manusia tersebut akan dapat mengenal tuhannya dan kembali menyerahkan dirinya kepada empunya diri dikala berpisah roh dan jasad.
Firman surah An-nisaa ayat  58
Perlu ditegaskan sekali lagi tujuan utama Allah menyerahkan amanah dirinya kepada manusia adalah untuk memperkenalkan dirinya dan memuji dirinya dengan diri rahasianya yaitu allah memuji dirinya dengan dirinya sendiri
Hadist qudsi ; Man arafah nafsahu fakad arafah rabbahu ( barang siapa engenal dirinya maka dia akan mengenal tuhannya )
Firman : wama halaqnal Jinnah wal insa illah liat budu ( tidaklah aku jadikan jin danmanusia kecuali untuk menyembah )
Dalam menjalankan tugas harian dalam konteks Hubungan manusia dengan Tuhannya agar janji dapat tertunaikan dan sumpah dapat di pelihara maka Iblis di tugaskan bersama-sama dengan kelompoknya Syaitan untuk membuat ujian dan godaan terhadap keteguhan sumpah janji.
Iblis dan konco-konconya akan berusaha sedaya upaya agar bisa menepis kesetiaan sumpah janji manusia terhadap Allah.
Manusia-manusia yang tidak berpedoman dan hampa akan terbang mengikuti arus angin ujian, maka rugilah manusia tersebut dan jadilah dia seperti    “ Binatang yang pandai Bicara “  tetapi bagi manusia yang teguh dan berprinsip dan mengerti serta mengetahui tugas sumpah janjinya maka dia akan mampu melewati ini semua dan  duduk disisi Allah, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Firman Allah Surah Yasin ayat 60
Firman Allah Surah Al-Balad ayat 4
Adapun manusia pada awalnya sebelum di zahirkan kealam Kabir dan diwaktu bayi adalah bersih disisi Allah swt, tetapi setelah bergelut dengan pengaruh lumpur-lumpur kehidupan masyarakat dan hanyut dengan arus ujian iblis dan konco-konconya serta lalai terhadap tugas utamanya maka manusia menjadi kotor, kalau sudah begini maka tertutuplah pintu hubungan diantara Tuhan dan hambanya.
Hadist ; Sesungguhnya kelahiran seseorang anak itu bersih tetapi ibu bapaknya yang menjadikan dia yahudi, nasrani atau majusi.
Bila kotoran yang melanda manusia ini dibiarkan terus maka akan terbentuk darah kotor yang mengkristal di bagian bawah jantung ini berarti manusia tersebut tidak mempunyai hati nurani dan manusia  yang sudah kehilangan hati nurani ini semakin lama semakin jauhlah jarak hubungan antara Tuhan dengan dirinya yang kotor itu, manusia yang berperangai begini akan terus hanyut di dalam lumpur-lumpur kehidupanya didalam dunia ini, mereka ini akan lupa akan Tuhannya dan juga diri sendiri, hidupnya berpura-pura menjadi manusia tetapi sebenarnya lebih hina dari pada binatang,
Manusia seperti ini mempunyai mata tetapi buta, mempunyai telinga tetapi tuli, mempunyai hati tetapi tidak dapat memperhatikan.. Seluruh kemudahan rejeki yang mereka peroleh digunakan untuk tujuan mengabaikan dan menjauhkan hubungan dirinya dengan Allah swt.
Mereka ini hanya pandai menyumbat perut bodohnya dengan makanan, menyuci tubuh mayatnya dengan sabun ini – sabun itu namun mereka merelakan Rahasia Allah yang ada pada tubuhnya kurus kering kerontang dan kotor bagai bangkai yang busuk.
imanya manusia ini jeleknya lebih dari segala-galanya
Firman allah Surah Al-Araaf ayat 179
Lantaran itu manusia seperti ini akan menghadapi penyakit “ kotor hati yang kronis“ yang menyebabkan manusia tersebut merana didalam kegelapan tersesat untuk kembali kepangkuan Tuhannya. Dan selama hidupnya di dunia ini akan terputus hubungannya dengan Allah s.w.t
Firman Allah surat Al-Baqarah ayat 7 ( hatamallahu ala kulubihim…. )
Firman Allah lagi………….
Mereka ini sanggup menipu Tuhannya, menipu orang lain dan bahkan sanggup menipu dirinya sendiri
Firman Allah surah Al-Baqarah ayat 9
Sesungguhnya dengan menyadari hidup kita di dunia adalah semata-mata kembali kepada Allah serta menyadari pula bahwa kita hidup di dunia ini terus diuji akan kesetiaan dan keteguhan kita dengan sumpah janji yang pernah kita ucapkan maka kita haruslah menyucikan Hati kita, menyucikan seluruh anggota Zahir dan Batin kita supaya hubungan kita dengan Allah di dunia dan akhirat tidak terputus walau sesaatpun dan kita menjadi  manusia yang diridhoi oleh Allah dan dapat duduk disisinya di Akhirat nanti….. amin!
Adapun cara mendekatkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya itu telah di bagi oleh para Ulama menjadi 4 bagian ;
Secara Syareat, Secara Tarikat, Secara Hahekat dan Secara Makrifat
Dengan kita mengetahui cara-cara untuk mendekatkan hubungan dengan Allah maka kita akan menjadi manusia yang baik antara kita dengan Allah dan hubungan kita dengan sesama mahluk dan alam sekitar  yang pada akhirnya kita akan di karuniakan keridhoannya dan dapat berada disisi Tuhannya.
Cara Syariat :
Adapun yang dimaksud dengan cara syariat adalah suatu cara zahir  yang membentuk suatu peraturan antara manusia dengan Allah, manusia dengan sesama manusia dan dengan mahluk-mahluk lain.
Peraturan–peraturan syariat ini telah di gariskan oleh Allah didalam Al-Quran dan juga di gariskan oleh Rasullullah melalui perbuatan dan ucapan yang diberinama  Hadist.,
Jika manusia benar-benar mengikuti peraturan–peraturan syariat ini maka manusia itu tidak mungkin tersesat dalam hidupnya di dunia ini dan selamatlah di akhirat nanti, sebagaimana sabda Rasullullah :
Artinya : Kamu tidak akan sesat selama-lamanya jika kamu berpegangan kepada kedua-duanya yaitu Al-Quran dan sunnah Rasul.
Didalam peraturan-peraturan ini Allah telah menggariskan hubungan diriNYA  dengan manusia dan hukum-hukum hidup secara individu maupun secara bermasyarakat.
Di dalam syariat dibahas  soal-soal Akidah, soal Ibadat, soal Muamalat, soal Munakahat, dan lain-lain peraturan untuk kebahagian manusia dunia dan akhirat.
Ditentukan juga garis-garis panduan hidup, tentang mana yang wajib, haram, sunnah dan makruh, dosa pahala, surga, neraka dengan kata lain Syariat mengariskan dasar pokok “ Kerjakan apa yang diperintahkan dan jauhi apa yang dilarang “
Adapun peringkat cara syariat adalah suatu peringkat peraturan pengabdian hamba terhadap Tuhannya dengan mengikuti garis panduan dan peraturan-peraturan yang sudah ditentukan maka dengan mengikuti ini semua, seseorang manusia itu menjadi taraf hamba yang paling baik.
Suatu hal yang perlu di ingatkan pada peringkat Syariat ini adalah pengamal-pengamalnya benar-benar mengharapkan balasan atau upah dari setiap apa yang mereka kerjakan
Dan dengan upah-upah kerja yang dilakukannya itulah mereka yakin akan menentukan apakah mereka akan di masukan ke Surga atau Neraka
Jadi dapat disimpulkan disini bahwa  mereka mengerjakan apa yang diperintahkan karena mengharapkan surga dan tidak melakukan apa yang dilarang karena takut akan siksa neraka, perinsip mereka adalah “ Buat baik di balas baik – Buat jahat dibalas jahat “
Firman Allah Surah Az-zalzalah ayat 8
Firman Allah surah Mu’minun ayat 102-103
Disamping mereka berusaha untuk melakukan suatu pekerjaan yang diperintahkan secara IKHLAS untuk Allah semata-mata, dibalik itu mereka juga benar-benar mengharapkan satu balasan yang setimpal dengan apa yang dilakukanya
Ini bermakna mereka mengabdi kepada Tuhannya dengan ada maksud-maksud tertentu ibaratnya “ ada udang di balik batu “ pekerjaan mereka bolelah kita sebut sebagai  : “ Pengabdian separuh hamba “
Lantas jika mereka benar-benar bersifat hamba yang tulen maka sudah tentu apapun pekerjaan yang dilakukan oleh mereka sudah tentu mereka tidak mengharapkan balasan apapun dari Tuhannya karena setiap balasan bukanlah sesuatu yang boleh untuk diminta-minta tetapi itu adalah satu karunia daripada Tuhannya
Firman Allah surah Al-Jin ayat 13
Apakah pantas seseorang yang mengaku dirinya hamba menagih janji dari Tuhannya? Dan apakah mereka sangsi akan janji Tuhannya?
Seharusnya bagi mereka yang mengaku dirinya hamba sudah tentu tidak mengharapkan sesuatu balasan apapun dari Tuhannya
Sesungguhnya bagi mereka yang mengikuti cara syariat ini akan mencapai martabat : BERIMAN DAN SOLEH  dan dengan mematuhi segala peraturan-peraturan maka mereka akan di karuniakan surga di akhirat nanti.
Firman Allah Surah Al-Kahfi ayat 107
Perlu di ingatkan masuknya surga bagi orang-orang syariat ini bukan sekali-kali karena pahalanya tetapi sekedar balas IHSAN daripada Allah karena kepatuhannya dengan Allah
Walaupun seberapa banyak pahala yang mereka peroleh maka sudah barang tentu tidak bisa untuk membeli surga karena surga bukanlah suatu yang murah yang menjadi barang dagangan yang bisa untuk  dibeli sebaliknya orang-orang syariat haruslah berikhtiar sedaya upaya agar menjadikan diri mereka seorang Mukmin supaya Allah sendiri membeli dirinya dan hartanya dengan Surga atas dasar perjuangan mereka menegakkan peraturan-peraturan Allah di dalam hidupnya.
Firman Allah (cari)
Maka berbahagialah bagi mereka-mereka yang mengamalkan cara syariat yang menduduki taraf  martabat dirinya sebagai seorang hamba yang Mukmin dan mereka memang dijamin oleh Allah Surga dan kekallah mereka selama-lamanya.
Firman Allah surah Ash-Syafaat ayat 111
Adalah perlu ditegaskan disini bahwasanya hasil akhir pengajian syariat adalah untuk mendapatkan suatu yang bernama SURGA, dan menjauhkan diri dari neraka, berusaha mendapatkan banyak pahala, mengurangi dosa, mengerjakan apa yang diperintahkan, tinggalkan apa yang di larang.
Cara Tarekat :
Adapun jalan Tarekat ini adalah jalan yang pernah dilalui oleh para wali-wali Allah dengan tujuan untuk mendekatkan dirinya dengan Allah, ini merupakan suatu jalan bagaimana hendak menyucikan diri dan hati agar terbentuk satu hubungan antara dirinya dengan Allah.
Suatu jalan tarekat yang sebenarnya adalah merupakan satu cara mensucikan diri untuk menuju kehadirat Allah Taala dan jalan ini hendaklah mempunyai sambungan ke Rasullullah S.A.W.
Jalan tarekat yang mendapat restu dari junjungan agung Rasullullah itu kemudian diwarisi oleh para sahabat Baginda dan seterusnya bersambung menjadi mata rantai dan diwarisi pula oleh para wali Allah yang agung dan sampailah kepada seseorang guru awal kemudian diajarkan sampai dengan guru akhir sampai kini dan seterusnya.
Oleh sebab itu barang siapa yang mengikuti pengajian Tarekat maka menjadi tanggung jawabnya untuk mengetahui asal pangkalnya dan pastikan berasal dari Rasullullah dan para sahabatnya.
Jalan tarekat adalah suatu cara memuja dan memuji Allah dan melatih diri agar tidak melupai Allah pada setiap detik dan memberi segala keagungan dan mebesaran hanya kepada Allah semat-mata.
Cara untuk mensucikan diri dan hati adalah melalui proses mengenal nafsu-nafsu yang yang kita miliki. Agar kita tidak lalai dan lupa dirinya dan tuhannya,
Firman Allah dalam Alquran : 1,2 dan 3
Adapunafsu yang dimiliki oleh manusia seperti yang tercatat didalam ’an ada 7 yaitu :
Nafsu Amarah,Nafsu Malhamah, Nafsu Lawamah, Nafsu Mutmainnah, Nafsu Radhiah, Nafsu Mardhiah, Nafsu Kamalia
Dengan mengenal nafsu-nafsu tersebut maka orang-orang tarekat akan mencapai martabat ditaraf nafsu-nafsu tersebut yang mempunyai kelebihan yang berbeda diantara martabat yang satu dengan yang lainnya.
Untuk mengenal dan mencapai martabat nafsu-nafsu itu seseorang itu hendaknya menuntut dan mengamalkan jalur ilmu tarekat dari guru-gurunya yang mursyid dan dapat pula mencapai martabat nafsu-nafsu tersebut,
Disamping mereka harus mengikuti petuah-petuah yang dianjurkan oleh guru mereka dari satu peringkat ke peringkat yang lain sehingga menjadi manusia sempurna (insan kamil) dan diridhoi Allah di dunia dan Akhirat.
Mereka hendaklah menjalani tarekat mereka dengan tekun dan penuh usaha agar tercapai martabat yang tertinggi.
Apapun pekerjaan dan amalan orang-orang tarekat tidaklah lagi mengharapkan pahala, artinya apa yang diamalkannya hanya untuk mendekatkan dirinya dengan Allah setiap saat, mereka tidak mengharapkan pahala atau surga tetapi semata-mata untuk mengenali tuhannya dengan berusaha untuk mengenali dirinya sendiri, tujuan mereka hanya Allah semata-mata tanpa embel-embel, sebagaiana mana kata yang masyhur ini : “ Padaku tiada pahala, tiada surga yang ku idam-idamkan adalah kekasihku Allah jua “
Perlu ditegaskan disini bahwa tujuan akhir pengajian Tarekat adalah untuk mengenal diri dan mengenal Allah, mensucikan nafsu dirinya ke suatu derajat nafsu yang tertinggi, kemuliaan dengan Allah s.w.t, mereka akan terus berusaha untuk mendekatkan dirinya dengan Allah selama masa hidupnya di alam fana ini, dalam setiap waktu dan setiap saat.
Cara Hakekat :
Cara ketiga adalah cara hakekat, adapun jalan ilmu hakekat ini adalah dengan cara menyelami dan mengenali diri sendiri yang merupakan satu-satunya jalan kearah Makrifat diri denga Allah dan ini adalah jalan yang dilalui oleh wali-wali Allah, Arifinbillah dan para Aulia.
Mereka-mereka yang menjalani pengajian ilmu Hakekat ini akan beriktiar dengan tekun dan tabah untuk mendekatkan dirinya dengan Allah dengan cara membongkar, menyelidiki dan menyaksikan rahasia diri sendiri yaitu rahasia Allah yang ditanggung oleh dirinya dan berusaha membentuk dirinya menjadi manusia  Kamil Mulkamil.
Bagi mereka yang hendak menuju kehadirat Allah dengan jalan Hakiki ini maka hendaklah mereka terlebih dahulu menjalani cara tarekat dan telah mampu membersihkan dirinya dari segala bentuk syirik kepada Allah taala.
Mereka hendaklah menjalani pengajian ini dengan guru-guru hakiki dan makrifat serta mursyid yang mempunyai pengetahuan yang luas serta mencapai ketahap martbatnya, disamping itu orang-orang hakiki haruslah mendapat didikan secara terperinci dari guru-guru gaib yang terdiri daripada wali-wali Allah yang teragung, nabi-nabi dan rasul-rasul.
Guru-guru Gaib ini akan mengajarkan mereka di samping guru zahir yang mursyid yang melatih mereka menjalani alam ilmu hakiki.
Guru-guru gaib akan mengajarkan mereka ilmu hakiki melalui LADUNI. ( untuk pengetahuan lebih jelas silahkan bertanya kepada guru-guru hakiki, makrifat lagi mursyid )
Dengan menjalani jalan hakiki maka manusia tersebut akan mencapai kesuatu tahap tertinggi disisi Allah dan sesungguhnya berbahagialah orang-orang hakiki yang mencapai martabatnya dan dapatlah mereka duduk disisi Allah di dunia dan akhirat.
Orang-orang hakiki yang sampai martabanya bukan saja mulia disisi Allah tetapi mereka juga mendapat kemuliaan dikalangan masyarakat dan dipuja oleh masyarakat sepanjang hayatnya.
Perlu ditegaskan disini bahwa tujuan akhir pengajian hakekat adalah untuk menjadi Allah pada zahir dan bathin yakni pada diri zahir dan diri bathin pada martabat kemuliaan Insan kamil mulkamil, Tiada sesuatupun pada dirinya kecuali Allah semata-mata.
Cara Makrifat :
Sementara jalan Makrifat ini adalah suatu jalan yang pernah dilalui dan dialami oleh para wali-wali Allah yang Agung, para Arifinbillah dan para Aulia, Nabi dan Rasul.
Seseorang yang ingin menuju kejalan makrifat kepada Allah haruslah terlebih dahulu menjalani latihan pada peringkat jalan hakekat karena jalan hakekat adalah sambungannya ke jalan Makrifat.
Orang-orang makrifat akan membongkar segala rahasia alam Kabir (alam semesta), rahasia alam Saghir ataupun atau alam gaib dan alam gaibul gaib.
Bagi mereka yang menjalani jalan makrifat, mereka diasuh bukan saja oleh guru zahir, hakiki lagi makrifat, guru-guru gaib yang terdiri dari wali-wali Allah, nabi-nabi dan para Rasullullah malahan bagi mereka yang sedang menuju ke jalan Makrifat ini akan di ajar sendiri oleh tuhannya melalui guru bathin yaitu diri rahasia Allah (diri rahasianya sendiri).
Bagi mereka yang mencapai ke peringkat makrifat ini, mereka adalah manusia yang luar biasa yang akan mendapat martabat, derajat dan kesaktian serta keridhoan yang paling tinggi disisi Tuhannya dan mereka duduk bersama tuhannya dan diberi kesempatan untuk menjelajahi tujuh lapis langit, tujuh lapis bumi, Arash dan Qursi, Surga dan Neraka semasa hidupnya di dunia ini.
Alangkah mulianya kita jika bisa mencapai martabat ini, kitalah orang tertinggi didalam segala hal dalam pandangan Allah s.w.t.
Orang-orang yan mencapai martabat ini akan mendapat sanjungan dari Allah s.w.t dan dari manusia sejagad, mereka akan dihormati sepanjang hayat mereka.
Matlumat terakhir dari pengajian Makrifat adalah untuk kembali semula menjadi Tuhan yaitu pada martabat diri kita di alam gaibul gaib yakni Ahdah. ( untuk pemahaman lebih mendalam silahkan bertanya kepada orang-orang Makrifat lagi mursid )
7 YANG TERBALIK

  1. 1.    Yang tahu tidak bicara yang bicara tidak tahu, karena hakekat ilmu itu hilang lepas dari huruf dan suara, kebenaran tiap-tiap orang berbeda dan kebenaran tidak berpihak kepada siapa atau siapa, ketika kita menyampaikan suatu hal yang kita anggap benar maka disitu kita sudah salah jika kebenaran itu tidak bisa diterimanya.

  1. 2.    Yang tampil memamerkan diri dengan atributnya itu tidak benar, yang benar tidak mau menampilkan dirinya, Kebenaran yang ditampilkan menutupi kebenaran yang hakiki kita anggap benar sesungguhnya kejahatanlah yang menang, karena tampak baik bukan ber-arti dia baik, yang kelihatan jahat belum tentu dia jahat, yang tampak tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur untuk menilai kedalaman ilmu seseorang.

  1. 3.    Yang kerja disalahkan yang tidak kerja tidak disalahkan, belajar dulu pada ahlinya agar tidak membuat kesalahan dalam bekerja, karena apa yang dikerjakan harus kita tahu dengan ilmunya, tahu saja tidak cukup itu namanya ikut-ikutan tapi harus dengan ilmunya hingga hilang tanda tanya dalam diri tentang apa yang dikerjakannya, sementara yang tidak kerja hanya karena kita melihat dengan mata zahir kita saja.

  1. 4.    Yang sudah kita yakini itu belum, yang belum perlu kita yakini, dalam meyakini suatu keyakinan kita harus bisa melampaui keyakinan itu sendiri agar kita bisa berfikir bebas, dengan kebebasan akan timbul kesadaran dan dalam kesadaran akan muncul pencerahan untuk menghargai keyakinan-keyakinan lain yang pada gilirannya membuat kita jadi orang yang bijaksana.

  1. 5.    Yang ada itu tiada yang tiada itulah hakekat yang ada, yang ada semuanya akan hancur (fana) yang tiada itulah yang abadi (baqa), yang ada hanya bisa berfungsi kalau ada yang tiada seperti radio yang berbunyi hanya kalau bisa menerima siaran dari pusatnya, sesungguhnya tidak ada yang nyata kecuali dia,

  1. 6.    Yang benar menurut kita bisa jadi yang salah dan yang salah menurut kita bisa jadi yang benar karena dari keterangan yang kita dapatpun ada yang mengatakan benar tapi ada juga yang mengatakan salah, oleh karenanya kita perlu meningkatkan mutu kita dari keterangan ketingkat merasakan.

  1. 7.    Yang dilarang bisa jadi diperbolehkan sementara yang diperbolehkan bisa jadi dilarang, aturan hanya dikenakan untuk orang yang tidak tahu aturan, anak kecil perlu dikasih aturan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh karena dia belum tahu, apakah kita anak kecil?
7 HAL TENTANG AGAMA
Norma Agama mengajarkan umat manusia bersatu tetapi umat beragama lebih senang berkelompok membuat komunitas sendiri-sendiri tidak mau dipersatukan mereka menganggap kelompok mereka yang benar yang lain diluar kelompok mereka itu sesat, mereka senang kalau ada anggota kelompok lain masuk di kelompok mereka tapi mereka pasti marah kalau disuruh keluar dari kelompoknya.
Norma Agama mengajarkan kesetaraan umatnya tetapi dalam beragama ada yang merasa lebih dari yang lain, merasa derajatnya lebih tinggi, merasa lebih suci, mengira orang lain tidak pantas, menentukan harus begini dan tidak boleh begitu, seakan-akan dia telah ditugaskan oleh tuhannya untuk mengatur yang lain dan seakan-akan dia merasa tahu kalau dia lebih mulia dari umat yang lain padahal dalam dirinya pun dia masih kebingungan.
Norma Agama mengangkat umatnya dari zaman jahiliah atau kebodohan, tetapi dalam prakteknya agama itu sendiri sudah membodohi umatnya dengan memberikan ajaran-ajaran yang tidak bisa dipertanggung jawabkan, bisa kita bayangkan berapa banyak masalah dalam agama yang tidak bisa dijelaskan secara rasional, akhirnya mereka menggunakan dogma sebagai senjata mereka untuk lari dari tanggung jawab.
Norma Agama mengajarkan kejujuran tetapi umatnya tidak bisa jujur mengakui bahwa selama ini mereka hanya ikut-ikutan saja, bahwa sebernanya masih ada tanda tanya besar dalam diri mereka yang belum terjawab, bahwa mereka mengatakan percaya tapi sesungguhnya didalam hati kecil mereka masih belum percaya, bagaimana mungkin  percaya kepada sesuatu yang belum dikenalnya? ini mereka lakukan karena mereka lihat mayoritas orang telah mempercayainya.
Normat Agama mengatakan permudah jangan persulit, tidak ada kesukaran dalam beragama, tidak ada yang memberatkan, tetapi dalam beragama banyak aturan yang memberatkan yang harus dikerjakan kalau tidak akan di berikan ancaman-ancaman, terjadi pemaksaan disini, agama seperti ini sudah melanggar hak asasi manusia yaitu hak untuk merdeka, agama menjadi suatu hal yang menakutkan, agama menjadi suatu barang dagangan, bukankah aturan dibuat untuk memudahkan?
Norma Agama mengajarkan ketulusan tetapi dalam beragama umatnya selalu mengharapkan imbalan dari apa-apa yang mereka kerjakan, seandainya tidak ciptakan surga dan neraka mungkin mereka tidak mau melaksanakan perintah tuhannya, ajaran agama sudah menurunka kwalitas keimanan seseorang seperti seorang budak yang bekerja karena mengharapkan imbalan dan takut tidak bekerja karena akan di cambuk, kalau tuhan ridho kita keneraka apakah ada yang iklas sementara kita merasa telah mengikuti segala perintahnya?
Norma Agama tidak sama dengan lembaga agama yang kita kenal sekarang ini, karena itu hanya perlambangan yang menandakan bahwa agama itu ada sementara didalamnya telah terjadi pelanggaran norma-norma agama seperti yang saya uraikan diatas, agama seperti ini telah membuat jarak antara manusia dengan tuhannya dengan demikian mereka bisa mengambil keuntungan dengan memposisikan sebagai penghantar bagi siapa yang mau berjumpa dengan tuhannya.
7 HAL TENTANG MANUSIA

Manusia mahluk paling mulia dimuka bumi karena manusia telah dititipkan mahkota berupa rahasia diri tuhannya dan sebelumnya mahkota ini sudah ditawarkan kepada mahluk-mahluk lain yang ada diseantero jagad ini dan tidak ada satupun sanggup menerimannya kecuali manusia,..
Manusia mahluk paling tinggi derajatnya dimuka bumi karena dia sebagai khalifah yang artinya pemimpin atau pemerintah alam semesta oleh karenanya seluruh mahluk yang ada dimuka bumi ini tunduk kepada perintah manusia, karena manusialah yang berkuasa untuk mengatur dan menjaga kelangsungan hidup semua mahluk yang ada.
Manusia mahluk paling unggul, karena sebelumnya untuk mencapai menjadi manusia kita sudah melalui suatu pertarungan yang hebat dari sekitar 150 ribu juta sel sperma yang berjuang untuk menjadi manusia kitalah yang telah menjadi pemenangnya dan  melalui proses akhirnya kita muncul sebagai bayi di muka bumi ini..
Manusia mahluk paling suci karena didalam diri manusia bersemayam rahasia tuhan yang maha suci, semua kitab suci mengajarkan bahwa manusia adalah rumah tuhan yang sejati, tuhan tidak bertempat tinggal dimana atau dimana tapi tuhan mengatakan aku ada pada diri setiap manusia, jadi kemanakah kita akan mencari tuhan kalau bukan pada manusia?
Manusia mahluk paling penting, setiap manusia itu penting, tidak ada manusia yang satu lebih penting dari manusia yang lain karena tiap-tiap manusia mempertanggung jawabkan dirinya dengan dirinya, tiap-tiap manusia mempunyai satu nama pemberian orang tua, satu nama mempunyai satu arti kuasa penuh atas nama tersebut dan tidak bisa di intervensi…
Manusia mahluk paling uniq, tidak ada satupun dari manusia-manusia yang pernah hadir ke muka bumi ini dari dulu sampai sekarang yang mempunyai kemiripan persis secara lahir maupun batin, manusia itu tidak bisa diukur kedalaman ilmunya dengan melihat penampilan luarnya atau status sosial atau banyak pengetahuan fikihnya atau persepsi orang banyak tentang atau…
Manusia mahluk paling sempurna, di antara mahluk-mahluk yang ada, dari segi penciptaa tuhan menciptakan  manusia seperti gambaran dirinya, diberikan hatinurani, diberikan akal fikiran, diberikan mandat, diberikan semuanya yang dia punya untuk dianuhgrahkan kepada manusia agar bisa lebih menyempurnakan dirinya lagi ke titik yang maha sempurna dan sirna bersamanya.
7 HAL TENTANG KEYAKINAN

  1. Keyakinan itu bukanlah diri kita karena keyakinan seseorang mengalami pasang surut sementara diri kita ya diri kita tidak ada pasang surutnya, kita harus bisa memisahkan mana diri kita dan mana keyakinan kita agar tidak dipermainkan oleh keyakinan karena selama ini keyakinan sudah mempermainkan diri kita dengan tidak main-main.
  2. Keyakinan itu di bentuk oleh keluarga, sejak kecil keluarga telah memberikan dokrin secara sistematis kepada kita mana yang benar dan mana yang salah menurut persepsi mereka yang bersumber kepada asumsi mereka, sementara asumsi adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya berdasarkan pembuktian yang sangat terbatas.
  3. Keyakinan itu bisa juga dibentuk oleh peristiwa yang pernah kita alami dalam hidup, setiap peristiwa itu netral tidak mempunyai makna bahwa kitalah yang telah memberikan makna pada peristiwa itu kemudian makna yang telah kita berikan coba kita buktikan kebenarannya dengan mencari data-data pendukungnya setelah kita mendapatkan bukti maka keyakinan itu kita anggap sesuatu yang benar.
  4. Keyakinan itu telah membelenggu kita karena selama ini kita tidak mampu melampaui keyakinan kita, keyakinan telah menjadi landasan pijak seseorang untuk berfikir, selama ini kita berfikir sesuai dengan koridor keyakinan kita yang sudah kita adopsi karena kita sudah mengakui kebenarannya, bagaimana mungkin hal yang sudah kita akui kebenarannya tapi tidak kita mempercayainya?
  5. Keyakinan itu awalnya kita bentuk, melalui proses yang berulang-ulang keyakinan itu masuk dan mengendap kemudian mengcristal di alam bawah sadar kita yang pada gilirannya kitalah yang dibentuk oleh keyakinan itu sendiri karena dia sudah menjadi aturan dalam kehidupan kita sehari-hari, dalam kondisi semacam ini akal sadar kita tidak bisa lagi mengalahkan akal bawah sadar yang sudah di isi dengan energi.
  6. Keyakinan itu ibaratnya sebuah candu karena akan membuat orang yang didalamnya merasa ketagihan, tidak bisa lepas dari keyakinan itu dan pada level tertentu keyakinan itu bisa membuat orang lupa diri karena terlalu terobsesi dengan keyakinan mereka hingga tidak bisa mengontrol kondisinya lagi, bertingkah seperti orang gila karena nuansa keyakinan sudah meracuni pikiranya.
  7. Keyakinan itu harus dirubah, manakala keyakinan itu sudah merugikan kita karena kita harus tahu cara kerja keyakinan kepada kita agar kita bisa mengarahkan keyakinan itu kepada hal-hal yang menguntungkan diri kita, karena tidak mungkin dengan keyakinan yang sama kita akan mendapatkan hasil yang berbeda tapi apakah mungkin kita bisa merubah keyakinan kalau monster itu kini telah menjadi raksasa?
7 HAL TENTANG KEMATIAN
  1. Kematian adalah salah satu bidang ilmu pengetahuan yang bisa dipelajari dari guru-guru yang pernah mengalami atau menjalaninya, kita harus bisa menaklukan kematian sebelum kematian itu menaklukan kita, kematian menjadi rahasia karena kita tidak mengetahuinya, akan dibawa kemana diri ini kalau kita tidak tahu arah tujuan kita setelah mati?
  2. Kematian adalah sesuatu yang tidak datang begitu saja tapi akan memberikan tanda-tanda sesuai dengan ilmu yang kita miliki pelakunya, kalau kita tidak mengenalinya maka dia akan memberitahukan melalui isyarat tapi bagi yang telah maqam maka dia akan datang langsung memberitahukan agar kita bisa persiapkan segala sesuatunya sebelum kembali.
  3. Kematian adalah sesuatu anugrah tuhan kepada umatnya karena kita akan merasakan kenikmatan yang teramat sangat melebihi kenikmatan saat kita bersetubuh, inilah yang dinamakan nikmat kiamat dan setelah itu akan ada hari kebangkitan atau awal dari kehidupan yang baru pada dimensi yang sama atau berbeda tergantung dari ilmu sipelakunya
  4. Kematian adalah sesuatu siklus dalam kehidupan yang maha panjang dan sering kita alami tapi kita lupakan karena akal pikiran kita dibatasi untuk mengingat hal-hal yang telah terjadi pada dimensi yang lain mungkin dulu sebelum jadi manusia kitapun pernah hidup sebagai jenis-jenis yang lain karena hakekatnya yang hidup takkan pernah mati hanya kita berganti alam saja.
  5. Kematian adalah bergesernya nyawa sebagai penyambung roh dengan jasad dalam diri kita, hakekatnya tidak ada nyawa atau roh yang keluar dari dalam diri karena sejatinya rumah roh adalah dalam diri manusia bukan terletak diluar diri kita, inilah yang harus kita pelajari dalam tidur atau pada saat sholat karena sesungguhnya dalam kondisi itu kita telah fana yang tersisa hanya hayat dan ilmu, permasalahannya adalah bagaimana kita bisa menjangkaunya.
  6. Kematian diawali dengan sakratulmaut yang walau terlihat sebentar tapi bagi yang menjalani sangatlah lama, dalam perjalanannya dihadirkan berbagai macam kerajaan-kerajaan dengan keindahan yang mempesona untuk menawarkan kita bergabung kealam mereka dan bagi mereka yang pernah mempelajarinya akan bisa melampauinya dengan dibimbing oleh guru mursyidnya.
  7. Kematian adalah kesempatan untuk kita meningkatkan mutu kehidupan menjadi yang lebih baik lagi karena inilah pintu reingkarnasi dan pada level yang tertinggi semua ini menjadi pilihan bagi sipelaku karena dengan ilmu yang dimilikinya dia bisa memanggil siapa yang dia kehendaki untuk hadir tapi bagi yang belum maqam ada istilah “anak beranak cucu beranak nenek moyang”.
7 HAL TENTANG SETAN

1. Setan adalah mahluk ciptaan tuhan yang ditugaskan untuk menguji keteguhan sumpah janji manusia  untuk tetap memegang amanah hingga amanah itu dikembalikan lagi pada tuhannya.
2. Setan adalah mahluk yang diciptakan tuhan yang bahan bakunya adalah diri tuhan juga sebagaimana manusia juga diciptakan, jadi tuhan tidak pernah bermusuhan dengan setan.
3. Setan adalah mahluk yang melambangkan tentang sifat-sifat yang tidak baik yang ada pada hati manusia yang membuat tertutupnya cahaya hati yang mengakibatkan seseorang tidak mempunyai iman.
4. Setan adalah mahluk yang tidak sempurna yang selalu mengharapkan seorang manusia untuk menyempurnakan dirinya karenanya ketika bertemu manusia setan itu sebenarnya malu dengan kekurangannya.
5. Setan hanya ada dalam pikiran manusia yang tidak beriman dan tidak pernah mampu untuk menampakkan dirinya kepada manusia kecuali manusia itu yang menginginkanya, artinya setan hanya bisa dilihat oleh setan itu sendiri.
6. Setan mempunyai alamnya sendiri, seperti manusia setan juga mempunyai kerajaan dan raja tertinggi dari setan itu adalah seorang manusia juga.
7. Ingatlah ..!!  jangan sampai ketika disebut nama setan hati kita bergetar karena takut karena itu adalah indikasi bahwa kita juga termasuk golongan dia karena yang boleh mengetarkan hati kita hanya nama tuhan.
7 HAL TENTANG RUMAH TANGGA
1. Rumah tangga adalah satu bidang ilmu pengetahuan yang penting dan perlu untuk di pelajari bagi mereka yang menjalaninya, ilmu ini disebut ilmu nisa’i yang artinya perempuan, dengan ilmu ini kita bisa ciptakan manusia dengan kwalitas yang unggul karena didalamnya diajarkan semua tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses penciptaan manusia tanpa ditutupi.
2. Rumah tangga adalah induknya ilmu pengetahuan yang paling tinggi dan agung, karena didalamnya mengcakup segala hal yaitu, tentang ilmu kehidupan, tentang ilmu kematian, tentang mengenal diri dan mengenal tuhan semuanya lengkap, ibarat orang yang mau belajar dia sudah ada pulpen dan sudah ada bukunya tinggal dia menulis saja.
3. Rumah tangga adalah dasar utama kita untuk bisa beragama karena hukum sahnya suatu agama adalah bagi mereka yang sudah aqil baliq atau dewasa belum sempurna agama seseorang kalau belum berumah tangga karena mengenal dulu baru bisa percaya bukan? apakah mungkin bisa didapatkan nikmat mengenal tanpa berumah tangga?
4. Rumah tangga adalah ibadah yang paling tinggi karena mencakup semua aspek dalam rukun islam, yaitu, syahadatain, sholat, puasa, zakat dan haji begitu mulianya rumah tangga ini tapi sayang banyak orang yang belum maqom pada ilmu ini, kita bisa ketemukan kalau kita jeli bahwa semua permasalahan dalam agama bemuara pada rumah tangga.
5. Rumah tangga adalah qudrat dan iradatnya setiap mahluk yang ada di muka bumi ini, karena hal ini sudah tertanam dalam diri setiap mahluk walau dia tidak mempelajarinya, apakah ada yang mengajarkan binatang atau tumbuhan untuk berkembang biak? Atau mengapa orang tua kita begitu yakin kalau kita sudah menguasai hal ini sementara tidak pernah ada yang mengajarkan.
6. Rumah tangga adalah pintu untuk kita bisa kembali lagi menjadi manusia di muka bumi, ini adalah proses reingkarnasi pada level yang paling rendah, kita hanya bisa kembali melalui satu garis lurus yaitu keturunan-keturunan kita, istilah saya “ anak beranak cucu beranak nenek moyang “
7. Rumah tangga adalah anugrah tuhan yang paling tertinggi sebagai bukti cinta kasih tuhan terhadap umatnya, didalamnya kita bisa merasakan nikmat yang paling nikmat diantara nikmat-nikmat tuhan kepada kita melalui pasangan kita, maka wajib hukumnya bagi kita untuk menghantarkan pasangan kita merasakan anugrah tuhan yang satu ini.
SERBA 7
Tujuh lapis langit, tujuh lapis bumi, tujuh tingkat surga, tujuh tingkat neraka, tujuh alam, tujuh kali tawaf, tujuh martabat nafsu, tujuh pintu kematian, tujuh ayat dalam ummul quran, tujuh tajali  tuhan dan tujuh tajali manusia kembali, dengan tujuh cara untuk fana yaitu :
LA BASHIRUN
LA SAMIUN
LA MUTAKALLIMUN
LA KADIRUN
LA MURIDUN
LA ILMUN
LA HAYUN
BIL HAQI ILLALLAH
SERBA 7
Tujuh lapis langit, tujuh lapis bumi, tujuh tingkat surga, tujuh tingkat neraka, tujuh alam, tujuh kali tawaf, tujuh martabat nafsu, tujuh pintu kematian, tujuh ayat dalam ummul quran, tujuh tajali  tuhan dan tujuh tajali manusia kembali, dengan tujuh cara untuk fana yaitu :
LA BASHIRUN
LA SAMIUN
LA MUTAKALLIMUN
LA KADIRUN
LA MURIDUN
LA ILMUN
LA HAYUN
BIL HAQI ILLALLAH
HAL ISTINJA
Istinja adalah hal yang berhubungan dengan kotoran atau najis, sholat berkaitan erat dengan istinja karena jika istinja tidak benar, wudhunya tidak sah akhirnya sholatnya batal, begitukah?
Kalau demikian berarti istinja sangat penting untuk kita pahami karena kalau istinja salah maka semuanya ikut salah.
Ulama sufi mengatakan “bagi mereka yang tidak mengerti maka air satu lautanpun tidak akan mampu untuk membersihkan diri mereka dari najis“ ini mengambarkan seakan-akan istinja itu sulit, tapi “bagi yang mengerti air satu gelas saja sudah cukup untuk membersihkan“
Mengapa dikatakan demikian?
Selama ini kebanyakan orang mengartikan istinja sebatas membersihkan kotoran fisik yang melekat pada dirinya, mereka mengira kalau sudah mereka bersihkan kotoran tersebut sehingga hilang rupa, warna dan rasanya maka mereka sudah suci padahal mereka lupa kalau yang mereka bersihkan itu tadinya adalah ampas dari apa yang mereka masukan kedalam tubuh mereka.
Disinilah letak masalahnya, bahwa selama ini mereka sibuk dengan istinja akhir (setelah menjadi ampas) tapi istinja awal (makanan yang mereka makan) tidak mereka perhatikan.
Apakah istinja awal itu?
Istinja awal adalah ketika kita mensucikan apa–apa yang akan kita makan, mulai dari makanan (rezeki) yang kita cari, apakah sudah suci atau ada hak orang lain yang ikut pada makanan itu, karena apakah mungkin ketika makanan yang kita masukan kedalam diri berasal dari barang yang bukan hak kita atau barang haram kemudian bisa kita sucikan dengan hanya menghilangkan rupa, warna dan rasa saja?
Suatu saat..
Ketika kita sedang menghadapi makanan yang telah dihidangkan, tentunya kita tidak tahu asal muasal makanan itu hingga ada di piring kita seperti, apakah ayam yang kita makan itu di sembelih dengan benar, atau mungkin juga ayam itu mati sebelum disembelih (bangkai), atau lauk pauk lainnya yang ada di piring kita, apakah sudah benar cara mendapatkannya.
Nah! Disinilah kita harus mensucikan dulu semuanya sebelum masuk kedalam diri.
Bahwa makanan atau rezeki yang ada dihadapan kita memang kita yang cari tapi semua itu bukan kita yang punya, kita harus minta izin kepada yang punya, apa kita pikir barang yang bernyawa yang ada dihadapan kita itu iklas kita makan jasadnya? Ingatlah bahwa makanan itu semua nantinya yang akan menjaga dan memelihara diri kita, tubuh kita, jiwa kita, supaya sehat dan segar, karena nantinya makanan yang masuk itu akan diproses oleh tubuh kemudian saripati dari makanan tadi diserap oleh jantung untuk kemudian diedarkan keseluruh tubuh dan akan menjadi “ NUR ” yang masuk ke sel sperma kita, ke hati, ke jantung ke darah ke semua organ tubuh kita untuk membentuk karakter kita dan menerangi pikiran kita.
Bagaimana jadinya kalau yang masuk itu bukan hak kita, apa tidak pikirkan efeknya nanti untuk diri dan untuk turunan kita?
Tuhan tidak pernah mendholimi umatnya tapi kitalah yang telah mendholimi diri kita dengan diri kita.
Saya lanjutkan..,
Sisa dari saripati makanan tadilah yang akan menjadi kotoran atau disebut rumput turmain yang kemudian kita buang melalui dubur sebagai najis.
Najis ini bukan tempatnya di bumi walau sekarang bumi telah menerimanya, memang bumi kita ini bergelar mukmin yang sabar, jadi apapun yang kita berikan sekalipun kotor akan diolah untuk kemudian dipersembahkan kepada kita hasil yang baik-baik saja, tapi kita perlu ingat bahwa bumi mengharhagai kita karena kita adalah khalifah yang memerintah di muka bumi, tapi itu kalau amanah sebagai pemerintah (khalifah) bisa kita pertanggung jawabkan, karena pemerintah yang baik itu tidak “mentang-mentang”  tapi bisa mengenal siapa yang di perintahnya, apakah kita sudah mengenal siapa bumi ini? Atau minimal Bertegur sapa dengannya?
Ingatlah, Semua ada hitung-hitunganya, tidak ada yang gratis di muka bumi ini, sudah berapa banyak kotoran yang kita berikan kepada bumi ini semenjak pertama kali kita hadir di bumi? Apakah kita pikir bumi mau menerimanya begitu saja? Dimanakah harus kita tempatkan kotoran ini agar suatu saat kotoran ini tidak menutup jalan kita untuk kembali?
HAL HAJI
Haji bukan mutlak punya agama islam, karena sebelum nabi muhammad, nabi-nabi yang terdahulu juga melakukan haji, disini haji mempunyai arti sebagai napak tilas atau mengenang kembali perjalanan manusia (diri kita) pada masa lalu yaitu :
  1. Napak tilas untuk mengenang pertemuan nabi adam dengan siti hawa, diceritakan siti hawa berjumpa kembali dengan nabi adam di bukit safa dan marwa semenjak mereka diturunkan dari surga, kemudian setelah berjumpa siti hawa meminta kepada nabi adam untuk mengulang saat-saat mereka menikmati kenikmatan berada di surga dulu maka diajaklah ke bukit rahman yang ada di padang arafah dan seterusnya, dan seterusnya.
  2. Napak tilas untuk mengenang pertemuan kita dengan saudara rahasia kita di dalam kandungan ibu (alam shagir), karena dulu kita bersama saudara rahasia kita saling kenal, bermain bersama, tapi semenjak putus tali silaturahim (digunting tali pusar waktu kita bayi) maka saudara rahasia kita menjadi gaib, tapi  saat-saat  terakhir sebelum kita akan hadir dimuka bumi saudara rahasia kita mengajak kita untuk mengenali tempat-tempat dimana kita bisa berjumpa kembali dengannya, inilah yang mau kita buktikan disana.
  3. Napak tilas isra miraj nabi Muhammad mulai dari madinatul munawarah, makatul mukarramah, aqsatul mukassafa, baitul atik, baitul muqadis, baitul arsila sampai ke arash bertemu dengan Allah swt hingga balik lagi ke madinatul munawarrah atau kalau dalam dimensi yang lain kita sendiri pernah melakukan miraj makrifatullah di alam kandungan bapak (alam gaib) dan miraj awal di alam kandungan ibu (alam shagir) ini yang mau kita ulangi lagi disana.
Inilah hakekat dari haji, oleh karenanya wajib bagi kita untuk mempelajari ilmu ini sebelum malakukan pembuktian disana dan belajarlah pada guru-guru yang mursyid dan berpengalaman karena mereka bisa melintasi jarak dan waktu untuk sampai kesana (bukan belajar manasik haji)
Sebagaimana kita ketahui haji di wajibkan bagi yang mampu (menguasai ilmunya) ini adalah panggilan (undangan) dan siapa-siapa yang diundang harus bertemu dengan orang yang mengundang.
Disana disebut sebagai tanah haram karena itu hakekat dari nyawa=baqa=akhirat, dalam dimensi ini apa saja yang gaib bisa terlihat, akhirat mempunyai arti “pembalasan” untuk pensucian diri, inilah kampung akhirat, disinilah rumah kita (baitullah), Sedangkan diluar tanah itu disebut tanah halal jasad=fana=dunia.
Rukun haji seperti, tawaf, sa’I, wukuf.. ada dalam diri manusia, begitu juga baitullah, hajar aswat, dll sudah tersedia dalam diri tinggal kita menggunakan saja, yang bisa menggunakan hanya orang yang sudah berumah tangga oleh karenanya rumah tangga disebut haji kecil.
Mengapa orang yang belum berumah tangga jika ke haji disebut haji sunah?
Mengapa wanita tidak di haruskan mencium hajar aswat?
Ini menunjukan kesamaan maksud dari rukun haji dengan pelaksanaan dalam berumah tangga.
Yang membedakan haji dengan umroh adalah wukuf, karena inti haji ada di wukuf, dalam wukuf ada hal yang maha penting yang akan terjadi, tapi ini hanya bisa di dapat bagi mereka yang sudah maqom atau yang memang mendapatkan hidayah untuk bisa menyaksikannya. Dari kata arafah (mengenal) mengisaratkan ditempat ini kita akan mengenal, bertemu dengan tuan rumah yang telah mengundang kita untuk hadir,
BAHAN RENUNGAN
Baitullah selama 24 jam setiap harinya tidak pernah sepi dari orang-orang yang bertawaf, sekali dalam setahun yaitu pada tanggal 9 dzulhijjah diarahkan semua orang untuk menuju ke padang arafah meninggalkan baitullah, pada kesempatan ini dimanfaatkan untuk mengganti kiswah, sementara mereka yang di arafah duduk-duduk mulai dari fajar hingga petang, di atas padang arafah ada jabal rahman (bapak) yang di atas bukit ada tugu besar putih (….) mengarah ke jabal rahim baitullah yang sedang di buka bajunya (kiswah) dalam baitullah ada hajar aswat (…) dan seterusnya…. Hal-hal ini kita kaitkan dengan … Nabi mengatakan “haji=wukuf di arafah”  selalu tanggal 9 dzulhijjah, semua disuruh duduk (menunggu) tuan rumah mau datang, siapa yang bisa menemukan.. aku sembunyi ditempat yang terang .. jam 12 teng….
Matahari persis diatas kepala, panas tak terkira, semua di perintah untuk masuk ke tenda… Sekejap saja … disini anugrah itu diberikan …. Nikmat … nikmatnya penyaksian ..  tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.. ..   ..   ..

** TENTANG RUKUN IMAN **

by Ilmu Hakekat Usul Diri

Iman kepada Allah
Iman kepada Allah yang di praktekkan orang dewasa tidaklah sama dengan yang di ucapkan anak kecil, iman bukanlah semata-mata percaya, iman adalah wujud dari pengakuan, baik ucapan maupun yang ada dalam hatinya, dengan menguasai betul pengetahuan tentang apa yang di imaninya serta di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Tuhan=baqa=abadi, tanpa antara, tidak di mana atau dimana tapi ada di mana-mana meliputi alam semesta, bukan ini bukan itu, terlepas dari ruang dan waktu serta tidak bisa dijangkau oleh akal pikiran dan khayalan.
Jangan terjebak dengan istilah, mau disebut apa saja asalkan sifat-sifat yang dikemukakan itu sifat yang sepatutnya bagi tuhan, tidak masaalah,
Inti beriman kepada Allah adalah agar kita bisa meningkatkan level spiritual kita dari satu tingkat ketingkat berikutnya hingga mencapai insanul kamil agar tuhan bisa terwujud dalam aplikasi kehidupan kita sehari-hari.
Iman kepada Malaikat
Iman kepada malaikat bukan berarti kita percaya bahwa ada mahluk halus yang mempunyai kekuatan lebih daripada manusia, kalau begini cara berfikirnya sama dengan kita percaya adanya setan atau sebangsa mahluk halus lainnya yang juga mempunyai kekuatan “super”. Malaikat tunduk dan bersujud kepada manusia karena di dalam diri manusia ada diri rahasia tuhan, kita harus memahami hubungan antara manusia dengan malaikat karena malaikat bukanlah sosok mahluk yang berada diluar diri manusia.
Bagi mereka yang bisa mensucikan hatinya malaikat akan bersujud dan turun kedalam dirinya dengan menyatakan sebagai wali atau aulia atau sahabat kita untuk memberikan bimbingan sehingga kita mendapatkan ketenangan hidup. Hakekat malaikat adalah pelindung=penjaga=pengawal=sahabat kita, bukankah dulu di alam shagir (kandungan ibu) mereka sudah di tugaskan untuk menjaga kita dan mengawal kita sampai ke dunia ini?  Setelah kita sampai ke dunia mereka pun gaib.
Iman kepada Kitab-Kitabnya
Yang ada dipikiran kita ketika iman kepada kitab-kitabnya adalah taurat, zabur, injil dan alquran, ini pemikiran yang sempit seakan-akan nabi itu hanya ada di timur tengah saja. Yang namanya tuhan adalah untuk manusia sedunia bukan untuk bangsa tertentu saja, bahwa tuhan telah mengirimkan rasulnya pada setiap umat yang ada di muka bumi ini.
Mengimani kitab-kitabnya artinya memercayai semua jenis kitab yang telah DIA turunkan, hakekat kitab-kitab itu bukan kitab yang sudah ditulis diatas kertas, kalau begini cara pikirnya berarti kita telah terjerumus kedalam pemberhalaan teks. Bukankah kitab-kitab yang ditulis itu sudah banyak menimbulkan perselisihan? Sebab, makna yang ada di dalam teks itu tergantung kepada pembacanya artinya latar belakang si pembaca akan ikut mewarnai makna ayat yang dibacanya.
Dulu waktu kita berada di alam shagir pada saat waktunya tiba untuk kita keluar ke dunia ini, kita merasa cemas dan takut karena harus berpisah dengan saudara rahasia kita juga karena akan menghadapi kehidupan didunia, untuk menghilangkan rasa itu maka dibelahlah dada kita untuk dimasukan kitab ini. Hakekat kitab=iman=ilmu jadi setiap orang telah mempunyai kitabnya sendiri-sendiri.
Iman kepada Rasul-Rasulnya
Secara awam iman kepada rasul-rasulnya adalah percaya bahwa tuhan telah mengirimkan rasul-rasulnya didunia, sementara rasul sudah berakhir pada nabi Muhammad maka yang ada tinggal kepercayaan belaka. Kalau cara pikir kita seperti ini maka ini hal yang sudah tidak aktual lagi.
Karena rasul sudah tidak ada maka penggantinya adalah ulama-ulama, bisa dibayangkan bila pendapat ulama dianggap sebagai petunjuk rasul. Apa yang terjadi bila dipahami demikian? Tidak perlu saya jelaskan lagi karena kita bisa lihat sendiri kenyataannya didunia ini.
Seharusnya rasul yang diimani tetap aktual dan hidup bukan rasul yang mati, bukankah dalam setiap sholat kita mengucapkan salam kepada rasul kita? Bukankah yang hanya bisa mendengar salam itu yang hidup? Dan bukankah kitapun telah membaca balasan dari salam yang kita sampaikan kepada rasul kita? Apakah ini semua sekedar basa-basi dalam sholat? Sesungguhnya ini semua menunjukkan adanya hubungan langsung sesama yang hidup.
Iman kepada Hari Akhir
Kebanyakan orang mengira bahwa hari akhir itu alam semesta ini akan mengalami kehancuran, lalu setelah itu alam baru dibangun dan dilakukan seleksi siapa yang masuk surga dan siapa yang masuk neraka.
Kembali kepada tuhan tidaklah serentak melainkan satu per satu seperti dilahirkan, akhirat bukanlah alam yang baru nanti adanya, saat ini pun sudah ada, mereka yang meninggal sebagai saksi kebenaran, dan mereka itu adalah kita.
Jika yang menjadi dasar keyakinan kita bahwa langit dan bumi secara fisikal ini hancur lebur adalah karena adanya beberapa ayat yang mengatakan demikian, itu karena kita mengartikan ayat itu secara harfiahnya, yang akhirnya kita menempatkan kiamat ada diluar diri, sementara kita bisa melihat contoh orang yang sedang menghadapi sakratulmaut tanpa menguasai ilmu sakratulmaut, bagaimana gambaran alam yang ada dipikran dia saat itu?
Didalam alquran dinyatakan, bahwa Ibrahim diakhirat termasuk orang-orang yang saleh artinya di akhiratpun banyak hal yang harus dikerjakan tidak bermalas-malasan menikmati rezeki, artinya lagi beliau ada di alam akhirat sedang giat bekerja untuk kemaslahatan hidup.
Iman kepada Takdir
Iman kepada takdir secara tersurat tidak ada dalam alquran, akhirnya kepercayaan kepada takdir ini membelah umat misalnya, kelompok fatalistic, kehendak bebas, kesimbangan iktiar dan takdir dll.
Terlepas dari semua faham diatas bahwa manusia insan kamil merupakan tajalli dari tuhan, jadi manusia sebenarnya wadah bagi qodrat dan iradatNYA, manusia harus bisa meningkatkan kwalitas hidupnya hingga esensi ketuhananlah yang ada pada dirinya, sebagaimana ada hadist yang mengatakan bila tuhan mencintai hambanya maka dia akan menjadi penglihatan, pendengaran, ucapan dan perilaku jadi setia sepenuhnya merupakan pegangan hidup sehingga tidak di ombang-ambing dengan berbagai pandangan tentang takdir.
ALLAH, MUHAMMAD, ISLAM, ALQURAN DAN SHOLAT

ALLAH adalah nama,  tuhan derajatnya,  dan hakekatnya adalah Zat, Zat inilah yang haq, sebelum ada awal dan sebelum ada apa yang namanya “tidak ada apa-apa” hanya DIA semata-mata, kemudian di tajalikannya nur Allah ini, dari kata Allah yaitu Alif, Lam, Lam Ha mengartikan Allah, Lillahi, Lahu, Hu semua kembali kepada ZatuliHaq, Tasjid pada kata Allah mengartikan Nur ala Nur yang artinya diatas nur ada nur inilah ZatullHaq itu, bukankah jelas dikatakan Qul Hu Allahu Ahad = katakan DIA allah itu Satu? Atau Bismillahilazi La Illallah Illa HU = Dengan nama Allah tapi Tidak ada Allah Kecuali DIA, ini semua mengartikan bahwa dengan nama Allah lah maka kalian mengenalKU, bukankah Nama dengan yang punya nama itu berbeda? Lalu kenapa kita selalu permasalahkan tentang nama ini? Bisa saja dengan Zat yang sama tapi orang lain menyebutnya dengan nama yang berbeda bukan? Apakah ini salah? La sautin = Tidak ada nama yang terucap  Wa La Harfun = dan tidak ada huruf yang bisa ditulis,  itulah hakekatnya ZATULLHAQ.
MUHAMMAD itu Insan Kamil yaitu manusia yang sempurna, Muhammad disini bukanlah Muhammad Bin Abdullah yaitu Muhammad putra Abdullah, tapi Muhammad yang mempunyai arti yang sangat luas karena dia yang awal dan dia yang akhir, dia yang buka dan dia yang tutup, bukankah dulu nabi adam bertobat dengan menyebutkan nama Muhammad? Ini menandakan bahwa sebelum ada nabi adam, Muhammad sudah ada, seluruh nabi-nabi yang ada hakekatnya adalah Muhammad, jadi salah kalau kita menyangka bahwa Muhammad sudah mati. karena dia itu Rahmatan Lil Alamin = Rahmat bagi seluruh alam,  tidak mungkin kita yang dirahmati masih hidup sementara yang memberikan rahmat sudah mati bukan? Wa’lamu ana fikum Rasullullah = Sesungguhnya Muhammad ada dalam diri setiap manusia, jadi jelas bagi kita bahwa Muhammad bukan jasmani saja tapi ada Muhammad Rohani sebagaimana dalam syahadat Rasul, Muhammad bin Abdullah telah bersaksi : “Wa ashadu anna Muhammadarasullullah” bukan “Wa ashadu anna Rasullullah” berarti dalam Muhammad ada Muhammad.
ISLAM itu Universal mencakup seluruh kehidupan umat manusia, Islam sudah ada sejak permulaan manusia ada dimuka bumi, karena Islam adalah norma-norma agama yang luhur, tetapi arti islam yang selama ini telah kita berikan sebagai salah satu agama yang muncul pada abad ke 6 masehi dengan perlambangan dan tatacara beridahnya sudah mengklsifikasikan umat manusia apalagi dengan adanya beberapa dalil yang telah diartikan secara “Extrem” dengan mengkafirkan orang lain diluar ajaran agama Islam, Apakah adil ketika ada orang yang berahlaq baik lantaran hanya berbeda ajaran menjadi kafir? sesungguhnya Islam tidak sesempit yang mereka pikirkan, dilihat dari kata ISLAM yaitu, Alif, Syin, Lamalif, Mim artinya Alif melambangkan Anna Allah Hu Ahad = ZatullHaq, Syin = Selamat, Lamalif = Laillaha illallah dan Mim = Muhammadrasullullah jika dirangkum menjadi = Allah menyelamatkan orang yang menyebut Laillahaillallah Muhammadarrasullullah, (Laillahaillallah = Diri batin, Muhammadrasullullah=Diri Lahir) kalimat ini kita jabarkan lagi menjadi “Allah menyelamat orang yang menjaga dirinya secara lahir dan batin” maksud akhirnya ditujukan bagi semua umat manusia untuk memelihara diri lahir dan batinnya.
AL-QUR’AN bukan sebagai kitab suci umat islam tapi umat manusia di muka bumi ini hanya berupa buku atau benda mati yang berisi petunjuk untuk menjelaskan tentang Al-qur’an yang hidup yang ada pada diri manusia, berbicara tentang manusia = berbicara tentang alam semesta = berbicara tentang tuhan, karena ini semua kait – terkait, jadi Al-qur’an yang hiduplah yang harus kita tanamkan dalam dada bukan al-qur’an yang berupa buku yang kita persoalkan, dalam Al-quran ada Al-quran artinya Alquran tidak bisa di artikan secara harfiahnya saja, ada Al-quran yang tersembunyi yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang mendapatkan hidayah, kalau saja ilmu Al-quran ini tertulis dan bisa dibaca maka semua orang cukup dengan membaca sudah pasti memahami ilmunya, tapi lain teori lain prakteknya karena dalam praktek kita akan mendapatkan teori yang baru, inilah yang dimaksudkan dengan Alquran yang hilang tersebut yang harus kita cari, tidak terbatas kepada kata-katanya saja. Al-quran telah diartikan sebagai firman tuhan = kata-kata tuhan berarti tuhan berbicara apa yang muncul dipikiran kita ketika mendengar tuhan berbicara?
SHOLAT bukanlah untuk kita menyembah tuhan seperti apa yang kita pahami selama ini karena tuhan tidak butuh disembah, ketika kita menyembah berarti ada yang kena sembah, sesuatu yang disembah selalu berada dihadapan orang yang menyembah sama artinya kita mengatakan tuhan itu bertempat, sedang tuhan tidak bertempat dan tidak ada dimana atau dimana tapi ada dimana-mana dan berlainan dengan apa-apa yang ada di alam semesta ini, sholat mempunyai arti kata “hubungan” artinya mendekatkan diri dengan tuhannya, tuhan ingin dikenal oleh karenanya sholat adalah untuk kita mengenal diriNYA dengan diriNYA yaitu diri rahasia tuhan yang ada dalam diri kita, hubungan dengan tuhan harus terjadi setiap saat dimanapun dan kapanpun karena setiap detik tuhan menunggu kita bukan hanya dalam lima waktu sholat saja, bukankah dalam perjalanan menerima perintah sholat ini tuhan menghendaki 50x dalam sehari? Apa ini cuma basa-basi tuhan saja? Bahwa inti sholat adalah mengenal diri, mengenal diri mengenal sholat mengenal sholat mengenal tuhan, kalau sudah mengenal tuhan apa kita masih perlu sholat juga?

HAL ” DUA KALIMAH SYAHADAT “

by Ilmu Hakekat Usul Diri

HAKEKAT SYAHADAT

PERINGATAN !!
Materi yang dijabarkan disini di jelaskan berdasarkan kepada kaedah-kaedah pengajian secara hakekat dan makrifat semata-mata, jaganlah di banding-bandingkan dengan konteks pemahaman secara syariat karena matlumat pengajian sangat berbeda.

Syahadat adalah merupakan rukun islam yang pertama, dimana seseorang yang ingin menjadikan Islam sebagai cara hidupnya haruslah terlebih dahulu mengucapkan dua kalimah Syahadat ini,  yaitu :
“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “
Jadi selama orang itu tidak melafazkan “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasullah “  maka selama itu pula orang itu tidak bisa di golongkan (diiktiraf) sebagai seorang islam.
Dalam pengertian syariat dua kalimah syahadat ini adalah :
“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “
diartikan :
aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t dan aku juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad s.a.w. itu adalah utusan Allah s.w.t.
Sungguh banyak diantara kita yang hanya pandai melafazkan ucapan dua kalimah syahadat ini, tetapi jarang sekali yang ingin mengkaji atau mempelajari tentang hakekat pengertian maksud dan tujuan syahadat itu sendiri, kebanyakan kita hanya mengikuti keluarga kita, mendengar ibu dan bapak kita melafazkan syahadat, maka kitapun turut berbuat demikian, namun kita tidak pernah mau bertanya kenapa kita harus melafazkan “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasullullah “.
Dan kenapa juga kita tidak boleh melafazkan satu bentuk lafaz penyaksian yang lain daripada kalimah syahadat di atas.
Disamping itu tidak ada yang pernah bertanya kenapa kalimat itu bisa  membawa kepada pengertian “ Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t. ” sedangkan didalam kalimah tersebut tidak terdapat perkataan Tuhan (Rabbi) dan tidak terdapat perkataan sembah (abduhu), tetapi didalam penafsiran arti  bahasanya oleh para ulama syariat ada terdapat perkatan Tuhan dan Sembah. Dan kenapa syahadat tidak boleh dikatakan begini :
“ Asyhadu alla rabbi nakbuduhu illallah “
yang tentunya lebih sesuai untuk diartikan dengan “ Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t. ”
Tetapi ternyata kita tetap diarahkan oleh Islam supaya melafazkan dengan lafaz syahadat “ asyhadu alla illaha illallah “ yang membawa pengertian kepada Tiada yang nyata hanya Allah s.w.t.
Jadi bisa disimpulkan disini bahwa pengertian yang dibuat oleh para alim ulama syariat adalah jauh tidak sesuai dengan matlumat sebenarnya yang hendak dinyatakan oleh syahadat itu sendiri. Disamping itu persoalanya adalah, apakah perkataan Allah s.w.t. didalam syahadah itu boleh di diartikan sama dengan Tuhan?
Begitu juga bila kita melafazkan “ wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “, apakah benar membawa suatu pengertian kepada “ dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad s.a.w. itu utusan Allah s.w.t. ”. Jika benar demikian mengapa Nabi Adam a.s.  bapak sekalian manusia juga mengucap syahadatnya dengan mengakhirkan syahadatnya itu dengan lafaz  wa asyhadu anna muhammadarrasulullah ? dan seterusnya Nabi Ibrahim a.s., Nabi Ismail a.s.,  semua Nabi dan Rasul, Wali-wali Allah, sebelum lahir Nabi Muhammad s.a.w. mengucap dengan ucapan yang sama, atau mungkin ada yang berpendapat bahwa Nabi-nabi sebelum lahir Nabi Muhammad s.a.w. mengucap dengan cara lain? jika benar begitu apakah bisa dikatakan bahwa Islam ini hanya baru ada pada zaman Nabi Muhammad s.a.w.?  dan benarkah Islam tidak pernah ada sebelumnya? dan jika benar ucapan “ Muhammad “ itu sama kepada Nabi Muhammad s.a.w., kenapa  pula Nabi Muhammad s.a.w. juga mengucap seperti kita mengucap sekarang? Dan kenapa pula Rasulullah s.a.w. tidak mengucap begini : “ Asyhadu alla rabbi nakbuduhu illallah wa asyhadu anna rasulullah “.
Yang lebih sesuai membawa kepada pengertian “ Aku bersaksi tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah s.w.t. dan aku bersaksi bahwa akulah pesuruh Allah s.w.t. ”
Masih banyak hal-hal yang perlu dipertanyakan apabila kita melangkah, dan berusaha mencari dan menggali pengertian syahadat yang sebenar-benarnya.
Adapun kalimah syahadat itu adalah :
“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “.
Dan sesungguhnya “ Asyhadu alla illaha illallah “ itu adalah dinamakan Syahadat Tauhid dan kalimah “ wa asyhadu anna muhammadarasulullah “ adalah dinamakan syahadat Rasul.
Adapun kalimah “Asyhadu alla illaha illallah “ dinamakan Syahadat Tauhid sebab di dalam kalimah tersebut kita bersaksi dengan sepenuh rasa bahwa tiada yang lain hanya Allah s.w.t.  semata-mata, tiada sekutu baginya didalam segala hal, dan tiada sesuatu pun yang bercampur  aduk dengannya kecuali dia semata-mata.
Oleh sebab itulah kita bersaksi dengan diri kita sendiri tiada yang nyata pada kita hanya Allah s.w.t. semata, kita nafikan tubuh kita dan kita isbabkannya kepada nyatanya Allah s.w.t. semata-mata (diri batin kita).
Adapun kalimah ” wa asyhadu anna muhammadarasulullah “ itu Syahadat Rasul sebab pada kalimah ini kita melafazkan bersaksi bahwa yang menyampaikan dan menanggung diri rahasia Allah s.w.t. adalah “ Muhammad “ yaitu diri zahir kita dan dengan melafazkan kalimah zahir tersebut maka berikrar dan bersaksilah kita dengan diri kita sendiri bahwa diri zahir kita tetap akan menanggung rahasia Allah s.w.t. dan akan menjaganya untuk selama-lamanya.
Adapun hakikat ketuhanan itu adalah diri bathin kita (Rohani) dan hakikat kerasulan itu adalah diri zahir kita (Jasmani). Diri bathin adalah sebenar-benar diri yang menyatakan rahasia Tuhan, dan untuk menyatakan diri rahasia Allah tersebut adalah zahir kita. Jadi diri zahir kitalah yang menyatakan rahasia ketuhanan Allah s.w.t. Oleh yang demikianlah diri zahir kita ini digelar Hakikat Rasul.
Bila kita melafazkan : “ Asyhadu alla illaha illallah “
maknanya :
Tiada nyata hanya Allah s.w.t.
Dari sini jelaslah kalimah :
“ Asyhadu alla illaha illallah “
itu sudah jelas bagi menyatakan tentang diri bathin kita. Bila saja kita lafazkan kalimah tersebut dengan jelas kita mengakuinya dengan sesungguhnya,  bahwasanya “ Tiada nyata hanya allah s.w.t. “ dialah rahasia Allah s.w.t. yang dikandung  oleh tubuh zahir kita.
Adapun  kalimah :
“ Wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “
Adalah menyatakan diri kasar kita (jasad) karena hakekat bentuk manusia itu berhakekat dengan huruf Mim karena itu bila kita melafazkan kalimah : “ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “ maka kalimah yang telah dilafazkan itu adalah meliputi pada menyatakan diri bathin dan diri zahir kita (Rohani dan Jasmani) yaitu kita menyaksikan yang dikandung oleh tubuh kasar kita adalah diri rahasia Allah s.w.t. dan diri kasar inilah merupakan sarungnya.
seperti firman Allah s.w.t. didalam hadis Qudsi :
“ Al insanu sirri wa anna sirru “
artinya : Manusia  itu adalah rahasiaKu dan Akulah rahasianya
Allah s.w.t. mengkaruniakan manusia untuk memegang dan bertanggung jawab terhadap rahasiaNya, itulah sebabnya Allah s.w.t. telah memberi satu penghormatan besar terhadap kejadian manusia.
Al-Quran :…
Artinya : Sesungguhnya Aku karuniakan manusia itu dengan satu kejadian yang sebaik-baiknya.
Kejadian manusia adalah satu-satunya kejadian yang paling sempurna dan tersusun rapi pada zahir dan bathin.
Duduknya kemuliaan manusia adalah karena manusia sajalah kejadian Allah s.w.t. yang sanggup memegang rahasiaNya. Sedangkan sebelumnya Allah s.w.t. sendiri pernah menawarkan rahasia ini kepada langit, bumi, gunung-gunung untuk menanggungnya.
seperti firman Allah s.w.t. didalam Al Quran : …
artinya : Sesungguhnya rahasia Aku ini pernah Ku tawarkan kepada langit, bumi, gunung-gunung tetapi mereka enggan menerimanya karena takut mengabaikannya tetapi yang sanggup menerima adalah manusia.
Sebab itu bila kita mengucap :
“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “.
maka berarti kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahwa tiada yang nyata pada diri kita hanya Allah s.w.t. semata-mata dan tubuh zahir kita ini adalah bentuk nyata pada rahasia Allah s.w.t. semata-mata.
Adapun ketika sholat kita berdiri menyaksikan diri kita sendiri,            kita menyaksikan bahwa diri kitalah yang membawa dan menanggung rahasia Allah s.w.t.  dan tiada sesuatu pada diri kita hanya rahasia Allah s.w.t.  semata-mata. Tiada sesuatu yang kita punya kecuali hak Allah s.w.t. semata-mata. Jika diibaratkan maka diri kita ini hanya sebagai sebuah kotak radio yang bisa hidup dengan mengharapkan siaran dari stasiun pemancar  semata-mata dan perlu diingatkan bahwa berfungsinya radio tersebut karena dapat menerima gelombang siaran dari stasiun pemancar tersebut. Jadi jika habis siarannya atau rusaknya penerimaan siaran maka sudah tentu kotak radio tersebut akan dibuang menjadi sampah, maka begitulah kita.
Kita akan berguna disisi Allah s.w.t. jika kita dapat menanggung amanah rahasiaNya itu serta dapat berfungsi dan bertindak mengenal diri kita sendiri. Karena bila saja kita dapat mengenal diri kita, maka dengan itu pulalah kita dapat mengenal diri Allah s.w.t. itu sendiri.
seperti firman Allah s.w.t. didalam Hadis Qudsi :
“ Man arafa nafsahu fakad arafa rabbahu “
artinya :
Barang siapa mengenal dirinya maka kenallah Tuhannya.
Oleh karena itu jika kita tidak mengenal diri kita maka kita akan lebih hina daripada sampah di sisi Allah s.w.t.
Adapun sholat itu bukan berarti menyembah, karena bila disebut sembah maka sudah tentu membawa pengertian bahwa ada yang menyembah dan ada pula yang kena sembah, dan tiap-tiap yang di sembah sudah pasti ada di hadapan yang menyembah.
Karena itu bagaimana halnya dengan Allah s.w.t. yang bersifat berlainan dengan benda-benda yang ada dialam semesta ini, dan Allah s.w.t. tidak bertempat dimana atau dimana, jika saja pengertiannya Allah s.w.t.  dihadapan kita maka artinya Allah s.w.t. bertempat. Dan jika ini itikad kita maka kafir-lah jadinya.
Lagi pula bagaimana bisa dikatakan sholat itu diartikan sebagai meyembah, sedangkan manusia itu sendiripun adalah diri rahasia Allah s.w.t.
seperti firman Allah s.w.t. didalam Hadis Qudsi :
“ Al insanu sirri wa ana sirru
Artinya : Manusia itu adalah rahasiaku dan diri Akulah rahasianya.
Bahwa sholat itu sebenarnya adalah satu cara menyaksikan diri sendiri, dan sesungguhnya diri kita itu adalah diri Allah s.w.t. semata-mata.
Seyogyanya diingatkan bahwa keadaan yang dinyatakan diatas, bukanlah sekali-kali kita boleh beritikad bahwa Allah s.w.t. itu duduk didalam diri kita, jika kita beranggapan begitu maka kafir juga jadinya, dan keadaan yang diterangkan diatas juga bukan sekali-kali boleh beritikad bahwa diri batin kita (roh) itu Tuhan dan bertuhankan diri. Jika demikian kafir pula jadinya.
Perlu sekali diingatkan bahwa kita ini adalah sebagai kotak radio yang menerima gelombang radio dan rahasia radio, maka untuk menyatakan rahasia radio tersebut adalah stasiun pemancar yang memancari siarannya ke kotak radio, kemudian berbunyilah radio sebagaimana siaran asalnya pada stasiun pemancar.
Begitulah dengan Allah s.w.t.  Dia memuji diri-Nya dengan diri rahasia-Nya yang dikandung oleh manusia.
seperti firman Allah s.w.t. di dalam Hadis Qudsi yang maknanya :
Aku suka mengenal diri-Ku sendiri
Lalu Aku jadikan makhluk ini
Lalu Aku perkenalkan diri Aku
Kepada mereka dan lalu mereka
Pun mengenal Aku
Berawal yang dimaksudkan dengan makhluk didalam Hadis Qudsi diatas adalah manusia.
Adapun yang dikatakan sholat itu berdiri menyaksikan diri karena semasa sembahyang kita wajib berkata :
“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah “.
Artinya : Bersaksilah aku tiada yang nyata kecuali Allah s.w.t. (diri bathin) dan bersaksilah aku bahwa (diri zahir) itu adalah penyata rahasia allah s.w.t. (diri bathin)
Disini terang dan jelaslah bahwa kalimah penting itu dilafazkan oleh kita bagi tujuan supaya kita menilik diri kita dengan mata hati kita bahwa akulah yang membawa rahasia Allah s.w.t.  semata-mata tiada sesuatu pada kita hanya Allah s.w.t. semata-mata.
Ucapan penyaksian ini bukan saja dilafazkan oleh lidah, tapi harus dikatakan bersama oleh semua anggota tubuh zahir dan bathin kita, masing-masing serentak berdiri menyaksikan diri  Allah s.w.t. semata-mata.
Pada saat kita melafazkan syahadat tersebut, maka gemetarlah seluruh tubuh, jiwa raga, bersamaan dengan itu terasalah oleh kita satu kelezatan yang amat sangat, tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata, kecuali dirasakan sendiri oleh mereka yang pernah mengalami dan sampai pada martabat ini.
Untuk menegaskan hal diatas Allah s.w.t. telah berfirman didalam Al Quran :
Artinya :
Sesungguhnya bagi mereka yang beriman apabila saja disebut Allah s.w.t. niscaya gemetarlah hati mereka dan apabila dibaca ayat-ayatnya maka bertambahlah iman mereka dan kepada Allah s.w.t. mereka bertawakal.
adapun :
“ Asyhadu alla illaha illallah “
Bersaksilah aku tiada yang nyata hanya Allah s.w.t.
yaitu bersaksilah aku dengan telinga aku, mata aku, otak aku, kulit aku, daging aku, kaki tangan aku dan seluruh tubuh zahir dan bathin aku. Tiada yang nyata kecuali Allah s.w.t
Artinya aku melihat dan mendengar dengan penglihatan dan pendengaran Allah s.w.t., tiada aku merasa Allah s.w.t.-lah merasa, tidak aku berkehendak Allah s.w.t yang berkehendak, tidak aku berkuasa Allah s.w.t. yang berkuasa.
Tidak aku ……melainkan….,    tidak-aku ……… melainkan …..
Hanya allah s.w.t. semata-mata.
Singkat kata semua perlakuan kita hendaklah dilihat pada pandangan sepenuhnya kepada Allah s.w.t semata-mata.
Seperti firman Allah s.w.t…
Artinya : Dimana saja kamu menghadap disitulah wajah Allah s.w.t.
Cara ini adalah dengan kita menafikan diri kita yang zahir ini dan kita mengisabkan diri kita yang bathin
Adapun           :
“ Wa asyhadu anna muhammadarrasullullah “
Artinya :
Dan bersaksilah aku bahwa diriku yang zahir ini adalah menanggung diri rahasia Allah s.w.t. semata-mata.
Dalam kalimah ini kita bersaksi dengan diri kita sendiri  bahwa diri kita jasmani inilah yang menanggung dan membawa rahasia Allah s.w.t. (diri bathin) dan diri kita yang zahir inilah juga yang menjadi dalil awal akan wujudnya Allah s.w.t. Tuhan semesta alam.
Dengan demikian maka kalimah syahadah itu adalah kalimah hakekat yang menyatakan penyambungan diantara  badan jasmani dengan badan rohani kita. Kalimah ini tidak boleh dipisahkan dan diceraikan diantara satu dengan lainnya.
Setengah ulama berpendapat bahwa adalah tidak boleh bagi kita untuk melafazkan kalimah syahadah tersebut dengan cara mewakafkan bacaan dimana-mana, bahagian, dua kalimah syahadah tersebut tidak boleh kita mewakafkan di tengah kalimah  seperti yang diamalkan oleh kebanyakan orang-orang awam, karena kita ketahui bahwa tubuh dua kalimah syahadat tersebut adalah gabungan rohani dan jasmani kita.
Oleh karena itu tidak boleh kita melafazkan dengan mewakafkan kalimah tersebut pada mana-mana  bahagian kalimah, tapi seharusnya  dibaca secara terus menerus didalam satu nafas.
disamping itu hendaklah dibaca dengan perlahan, panjang dan teratur mengikuti sebutan huruf dan baris masing-masing supaya kelezatan kalimah penyaksian ini dapat dirasai sepenuhnya oleh kita sebagaimana yang pernah dinikmati oleh orang-orang ariffinbillah.
Adapun ucapan dua kalimah syahadat yang hanya dilafazkan di mulut tanpa dimengerti apakah sebenarnya hakekat syahadat tersebut adalah dinamakan “ Syahadat Tanda “
Maksud dari hakikat Syahadat tanda ini adalah bertujuan supaya orang yang mengaku diri mereka Islam turut sama mengiktirafkan, bahwa siapa yang mengucap dua kalimah syahadat semacam tadi adalah beragama Islam seperti mereka juga.
Tetapi sebenarnya syahadat semacam itu adalah kosong dan tidak memberi arti apa-apa serta tidak bermakna, artinya jika diibaratkan pisau maka pisau semacam itu adalah pisau tumpul yang tidak pernah mengerti makna tajam. dia hanya semata-mata bergelar pisau tetapi tidak berguna untuk apa-apa karena tajam itulah sebenar-benarnya guna dari pisau itu.
Oleh sebab itu maka bagi mereka yang hanya mengerti melafazkan dua kalimah syahadat  tetapi tidak mengerti daripada hakekat  syahadat  maka manusia sebegini adalah manusia ikut-ikutan (Islam karena manusia) dan dia bukan sekali-kali Islam karena Allah s.w.t. dengan itu maka untuk menjadi Islam karena Allah maka seseorang itu haruslah mengetahui dan memahami hakekat syahadat yang sebenarnya.
Manusia yang bersyahadat tanda adalah manusia yang mengakui bahwasanya dirinya adalah Islam tetapi pada hakikatnya kosong tiada berisi apapun. Mereka merasai tanggung jawab  terhadap dirinya dan terhadap Tuhannya. Mereka kosong seperti sebiji padi yang tidak berisi (hampa). dia tidak tahan untuk menghadapi ujian Allah s.w.t. dan bergerak mengikuti arus tanpa tujuan. Bila saja ditiup angin ujian niscaya terbanglah ia mengikuti arusnya, dan manusia ini tidak mungkin mendapat petunjuk daripada Tuhannya dan rugi. Orang-orang semacam ini  bolehlah kita sebut sebagai manusia Islam kulit. mereka ini tidak mempunyai pegangan malahan pegangannya adalah bergantung terus kepada pegangan manusia lain.
Mereka juga bolehlah dianggap sebagai burung Beo yang pandai berkata-kata tapi dia sendiri tidak memahami apa yang dikatakan. Oleh sebab itu janganlah kita menjadi pisau tumpul atau burung Beo yang ingin menjadi manusia.
Dengan demikian saya menghimbau kepada kita semua pahamilah kalimah syahadat ini baik-baik, karena hal ini adalah pokok atau asas kalimah untuk menentukan kita dengan Allah s.w.t. kalimah pokok yang menjadi  dasar ketuhanan dan asas untuk membedakan kita dengan yang lain.