Kamis, 21 Juni 2012

“Jalan Tannazul Dzat”



Jalan Taraqi atau jalan naik mulai dari Alam Insan sampai ke Hakekatul Dzat :

Rabu, 04 Januari 2012

USUL DIRI

** HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH **

Pada alam Gaibul Gaib,  dalam  keadaan belum ada apa-apa, belum ada Awal dan belum Akhir, belum ada Bintang, belum ada Bulan, belum ada Matahari, belum ada Bumi ini, belum ada sesuatu apapun, bahkan belum ada Tuhan yang bernama ALLAH, saat itu yang ada hanya ZAT semata-mata maka dalam keadaan ini diri yang punya ZAT tersebut telah mentajalikan dirinya untuk memuji dirinya.
Maka ditajalinya Nur Allah kemudian ditajalinya pula Nur Muhammad (Insan Kamil) pada peringkat ini disebut martabat : Anta Ana – Ana Anta ( aku engkau engkau aku ) maka dalam keadaan ini si empunya ZAT telah bertanya kepada Nur Muhammad  dan sekalian Roh untuk menentukan kedudukan yaitu taraf ketuhanan dan taraf hamba, lalu ditanyakannya kepada Nur Muhammad “  ini Tuhanmu? “ maka dijawablah oleh Nur Muhammad yang mewakili seluruh Roh “ Ya.., Engkaulah Tuhanku “.
Hadist….( cari )

Firman… (cari)
Hadist qudsi : aku suka mengenal diriku, lalu aku jadikan mahluk ini dan aku perkenalkan diriku kepada mereka lalu mereka juga mengenalkan diriku.
Apa yang dimaksud dengan mahluk ini ialah Nur Muhammad sebab seluruh kejadian alam semesta ini dijadikan dari pada Nur Muhammad maka sesudah Roh-roh itu bersumpah  jadilah alam Kabir ini atau alam Semesta ini.
Sebelumnya diri yang empunya ZAT (Zattul Haq) dalam rangka untuk memperkenalkan dirinya, DIA menyerahkan rahasia dirinya kepada Nur Muhammad (Manusia) tetapi di dalam hal ini sebelum manusia sanggup menerimanya tidak ada satupun mahluk di alam
semesta ini yang sanggup memikul suatu rahasia besar  yaitu rahasia diri ALLAH s.w.t.
Pernah ditawarkan rahasia itu kepada langit, bumi, gunung-gunung tetapi semuanya tidak sanggup untuk menerimanya.
Tujuan empunya ZAT mentajalikan Nur Muhammad itu adalah untuk memperkenalkan dirinya sendiri dengan diri rahasianya, maka diri rahasianya itu ditanggung dan diamanahkan kepada yang bernama INSAN yaitu yang bertubuhkan diri batin yang bernama ALLAH (Rohani).
Hadist qudsi : al insanu sirrih wa anna sirruh   ( Manusia itu rahasia aku dan aku rahasianya )
Firman… (cari )
Maka, terimalah manusia diri rahasia Allah itu dan menjadi tanggung jawab manusia menjaga amanah tuhannya itu dengan cara mengenal dirinya serta memuji dan memuja rahasia dirinya sejak ia dilahirkan ke alam dunia sampai ia kembali kehadirat Tuhan pemilik rahasia.
Disamping itu manusia juga diamanahkan untuk menjadi pemerintah diantara semua mahluk yang ada di alam kabir (alam semesta) yang terbentang luas ini.
Firman allah surah al-baqarah ayat 30
Firman allah surah an-nur ayat 55
Ini berarti dua amanah penting yang harus dipikul dan menjadi tanggung jawab manusia :
Pertama : menjaga, mengenal, memuji dan mengembalikan amanah rahasia itu kepada yang punya rahasia yang dikandung oleh alam sagir yaitu batang tubuh manusia itu sendiri
Kedua : menjaga amanah pemerintahan di alam semesta ini.
Dengan lain perkataan tugas manusia adalah menjaga dan mengawal hubungannya dengan tuan empunya diri rahasia dan juga dengan mahluk lain.
Oleh karena diri rahasia telah diterima maka menjadi tanggung jawab manusia untuk menunaikan sumpahnya dahulu, dan untuk tujuan ini maka Adam dizahirkan untuk meperbanyak diri-diri penanggung rahasia dan berkembang dari satu dekade ke satu dekade, dari satu generasi ke generasi yang lain, sampailah alam kabir ini mengalami kiamat dan rahasia dikumpulkan kembali.
Adapun yang dinamakan manusia itu adalah karena dirinya mengandung rahasia, dengan lain perkataan manusia artinya dirimu mengandung rahasia.
Oleh karena diri manusia menanggung rahasia maka manusia haruslah berusaha mengenal dirinya karena dengan mengenal dirinya saja manusia tersebut akan dapat mengenal tuhannya dan kembali menyerahkan dirinya kepada empunya diri dikala berpisah roh dan jasad.
Firman surah An-nisaa ayat  58
Perlu ditegaskan sekali lagi tujuan utama Allah menyerahkan amanah dirinya kepada manusia adalah untuk memperkenalkan dirinya dan memuji dirinya dengan diri rahasianya yaitu allah memuji dirinya dengan dirinya sendiri
Hadist qudsi ; Man arafah nafsahu fakad arafah rabbahu ( barang siapa engenal dirinya maka dia akan mengenal tuhannya )
Firman : wama halaqnal Jinnah wal insa illah liat budu ( tidaklah aku jadikan jin danmanusia kecuali untuk menyembah )
Dalam menjalankan tugas harian dalam konteks Hubungan manusia dengan Tuhannya agar janji dapat tertunaikan dan sumpah dapat di pelihara maka Iblis di tugaskan bersama-sama dengan kelompoknya Syaitan untuk membuat ujian dan godaan terhadap keteguhan sumpah janji.
Iblis dan konco-konconya akan berusaha sedaya upaya agar bisa menepis kesetiaan sumpah janji manusia terhadap Allah.
Manusia-manusia yang tidak berpedoman dan hampa akan terbang mengikuti arus angin ujian, maka rugilah manusia tersebut dan jadilah dia seperti    “ Binatang yang pandai Bicara “  tetapi bagi manusia yang teguh dan berprinsip dan mengerti serta mengetahui tugas sumpah janjinya maka dia akan mampu melewati ini semua dan  duduk disisi Allah, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Firman Allah Surah Yasin ayat 60
Firman Allah Surah Al-Balad ayat 4
Adapun manusia pada awalnya sebelum di zahirkan kealam Kabir dan diwaktu bayi adalah bersih disisi Allah swt, tetapi setelah bergelut dengan pengaruh lumpur-lumpur kehidupan masyarakat dan hanyut dengan arus ujian iblis dan konco-konconya serta lalai terhadap tugas utamanya maka manusia menjadi kotor, kalau sudah begini maka tertutuplah pintu hubungan diantara Tuhan dan hambanya.
Hadist ; Sesungguhnya kelahiran seseorang anak itu bersih tetapi ibu bapaknya yang menjadikan dia yahudi, nasrani atau majusi.
Bila kotoran yang melanda manusia ini dibiarkan terus maka akan terbentuk darah kotor yang mengkristal di bagian bawah jantung ini berarti manusia tersebut tidak mempunyai hati nurani dan manusia  yang sudah kehilangan hati nurani ini semakin lama semakin jauhlah jarak hubungan antara Tuhan dengan dirinya yang kotor itu, manusia yang berperangai begini akan terus hanyut di dalam lumpur-lumpur kehidupanya didalam dunia ini, mereka ini akan lupa akan Tuhannya dan juga diri sendiri, hidupnya berpura-pura menjadi manusia tetapi sebenarnya lebih hina dari pada binatang,
Manusia seperti ini mempunyai mata tetapi buta, mempunyai telinga tetapi tuli, mempunyai hati tetapi tidak dapat memperhatikan.. Seluruh kemudahan rejeki yang mereka peroleh digunakan untuk tujuan mengabaikan dan menjauhkan hubungan dirinya dengan Allah swt.
Mereka ini hanya pandai menyumbat perut bodohnya dengan makanan, menyuci tubuh mayatnya dengan sabun ini – sabun itu namun mereka merelakan Rahasia Allah yang ada pada tubuhnya kurus kering kerontang dan kotor bagai bangkai yang busuk.
imanya manusia ini jeleknya lebih dari segala-galanya
Firman allah Surah Al-Araaf ayat 179
Lantaran itu manusia seperti ini akan menghadapi penyakit “ kotor hati yang kronis“ yang menyebabkan manusia tersebut merana didalam kegelapan tersesat untuk kembali kepangkuan Tuhannya. Dan selama hidupnya di dunia ini akan terputus hubungannya dengan Allah s.w.t
Firman Allah surat Al-Baqarah ayat 7 ( hatamallahu ala kulubihim…. )
Firman Allah lagi………….
Mereka ini sanggup menipu Tuhannya, menipu orang lain dan bahkan sanggup menipu dirinya sendiri
Firman Allah surah Al-Baqarah ayat 9
Sesungguhnya dengan menyadari hidup kita di dunia adalah semata-mata kembali kepada Allah serta menyadari pula bahwa kita hidup di dunia ini terus diuji akan kesetiaan dan keteguhan kita dengan sumpah janji yang pernah kita ucapkan maka kita haruslah menyucikan Hati kita, menyucikan seluruh anggota Zahir dan Batin kita supaya hubungan kita dengan Allah di dunia dan akhirat tidak terputus walau sesaatpun dan kita menjadi  manusia yang diridhoi oleh Allah dan dapat duduk disisinya di Akhirat nanti….. amin!
Adapun cara mendekatkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya itu telah di bagi oleh para Ulama menjadi 4 bagian ;
Secara Syareat, Secara Tarikat, Secara Hahekat dan Secara Makrifat
Dengan kita mengetahui cara-cara untuk mendekatkan hubungan dengan Allah maka kita akan menjadi manusia yang baik antara kita dengan Allah dan hubungan kita dengan sesama mahluk dan alam sekitar  yang pada akhirnya kita akan di karuniakan keridhoannya dan dapat berada disisi Tuhannya.
Cara Syariat :
Adapun yang dimaksud dengan cara syariat adalah suatu cara zahir  yang membentuk suatu peraturan antara manusia dengan Allah, manusia dengan sesama manusia dan dengan mahluk-mahluk lain.
Peraturan–peraturan syariat ini telah di gariskan oleh Allah didalam Al-Quran dan juga di gariskan oleh Rasullullah melalui perbuatan dan ucapan yang diberinama  Hadist.,
Jika manusia benar-benar mengikuti peraturan–peraturan syariat ini maka manusia itu tidak mungkin tersesat dalam hidupnya di dunia ini dan selamatlah di akhirat nanti, sebagaimana sabda Rasullullah :
Artinya : Kamu tidak akan sesat selama-lamanya jika kamu berpegangan kepada kedua-duanya yaitu Al-Quran dan sunnah Rasul.
Didalam peraturan-peraturan ini Allah telah menggariskan hubungan diriNYA  dengan manusia dan hukum-hukum hidup secara individu maupun secara bermasyarakat.
Di dalam syariat dibahas  soal-soal Akidah, soal Ibadat, soal Muamalat, soal Munakahat, dan lain-lain peraturan untuk kebahagian manusia dunia dan akhirat.
Ditentukan juga garis-garis panduan hidup, tentang mana yang wajib, haram, sunnah dan makruh, dosa pahala, surga, neraka dengan kata lain Syariat mengariskan dasar pokok “ Kerjakan apa yang diperintahkan dan jauhi apa yang dilarang “
Adapun peringkat cara syariat adalah suatu peringkat peraturan pengabdian hamba terhadap Tuhannya dengan mengikuti garis panduan dan peraturan-peraturan yang sudah ditentukan maka dengan mengikuti ini semua, seseorang manusia itu menjadi taraf hamba yang paling baik.
Suatu hal yang perlu di ingatkan pada peringkat Syariat ini adalah pengamal-pengamalnya benar-benar mengharapkan balasan atau upah dari setiap apa yang mereka kerjakan
Dan dengan upah-upah kerja yang dilakukannya itulah mereka yakin akan menentukan apakah mereka akan di masukan ke Surga atau Neraka
Jadi dapat disimpulkan disini bahwa  mereka mengerjakan apa yang diperintahkan karena mengharapkan surga dan tidak melakukan apa yang dilarang karena takut akan siksa neraka, perinsip mereka adalah “ Buat baik di balas baik – Buat jahat dibalas jahat “
Firman Allah Surah Az-zalzalah ayat 8
Firman Allah surah Mu’minun ayat 102-103
Disamping mereka berusaha untuk melakukan suatu pekerjaan yang diperintahkan secara IKHLAS untuk Allah semata-mata, dibalik itu mereka juga benar-benar mengharapkan satu balasan yang setimpal dengan apa yang dilakukanya
Ini bermakna mereka mengabdi kepada Tuhannya dengan ada maksud-maksud tertentu ibaratnya “ ada udang di balik batu “ pekerjaan mereka bolelah kita sebut sebagai  : “ Pengabdian separuh hamba “
Lantas jika mereka benar-benar bersifat hamba yang tulen maka sudah tentu apapun pekerjaan yang dilakukan oleh mereka sudah tentu mereka tidak mengharapkan balasan apapun dari Tuhannya karena setiap balasan bukanlah sesuatu yang boleh untuk diminta-minta tetapi itu adalah satu karunia daripada Tuhannya
Firman Allah surah Al-Jin ayat 13
Apakah pantas seseorang yang mengaku dirinya hamba menagih janji dari Tuhannya? Dan apakah mereka sangsi akan janji Tuhannya?
Seharusnya bagi mereka yang mengaku dirinya hamba sudah tentu tidak mengharapkan sesuatu balasan apapun dari Tuhannya
Sesungguhnya bagi mereka yang mengikuti cara syariat ini akan mencapai martabat : BERIMAN DAN SOLEH  dan dengan mematuhi segala peraturan-peraturan maka mereka akan di karuniakan surga di akhirat nanti.
Firman Allah Surah Al-Kahfi ayat 107
Perlu di ingatkan masuknya surga bagi orang-orang syariat ini bukan sekali-kali karena pahalanya tetapi sekedar balas IHSAN daripada Allah karena kepatuhannya dengan Allah
Walaupun seberapa banyak pahala yang mereka peroleh maka sudah barang tentu tidak bisa untuk membeli surga karena surga bukanlah suatu yang murah yang menjadi barang dagangan yang bisa untuk  dibeli sebaliknya orang-orang syariat haruslah berikhtiar sedaya upaya agar menjadikan diri mereka seorang Mukmin supaya Allah sendiri membeli dirinya dan hartanya dengan Surga atas dasar perjuangan mereka menegakkan peraturan-peraturan Allah di dalam hidupnya.
Firman Allah (cari)
Maka berbahagialah bagi mereka-mereka yang mengamalkan cara syariat yang menduduki taraf  martabat dirinya sebagai seorang hamba yang Mukmin dan mereka memang dijamin oleh Allah Surga dan kekallah mereka selama-lamanya.
Firman Allah surah Ash-Syafaat ayat 111
Adalah perlu ditegaskan disini bahwasanya hasil akhir pengajian syariat adalah untuk mendapatkan suatu yang bernama SURGA, dan menjauhkan diri dari neraka, berusaha mendapatkan banyak pahala, mengurangi dosa, mengerjakan apa yang diperintahkan, tinggalkan apa yang di larang.
Cara Tarekat :
Adapun jalan Tarekat ini adalah jalan yang pernah dilalui oleh para wali-wali Allah dengan tujuan untuk mendekatkan dirinya dengan Allah, ini merupakan suatu jalan bagaimana hendak menyucikan diri dan hati agar terbentuk satu hubungan antara dirinya dengan Allah.
Suatu jalan tarekat yang sebenarnya adalah merupakan satu cara mensucikan diri untuk menuju kehadirat Allah Taala dan jalan ini hendaklah mempunyai sambungan ke Rasullullah S.A.W.
Jalan tarekat yang mendapat restu dari junjungan agung Rasullullah itu kemudian diwarisi oleh para sahabat Baginda dan seterusnya bersambung menjadi mata rantai dan diwarisi pula oleh para wali Allah yang agung dan sampailah kepada seseorang guru awal kemudian diajarkan sampai dengan guru akhir sampai kini dan seterusnya.
Oleh sebab itu barang siapa yang mengikuti pengajian Tarekat maka menjadi tanggung jawabnya untuk mengetahui asal pangkalnya dan pastikan berasal dari Rasullullah dan para sahabatnya.
Jalan tarekat adalah suatu cara memuja dan memuji Allah dan melatih diri agar tidak melupai Allah pada setiap detik dan memberi segala keagungan dan mebesaran hanya kepada Allah semat-mata.
Cara untuk mensucikan diri dan hati adalah melalui proses mengenal nafsu-nafsu yang yang kita miliki. Agar kita tidak lalai dan lupa dirinya dan tuhannya,
Firman Allah dalam Alquran : 1,2 dan 3
Adapunafsu yang dimiliki oleh manusia seperti yang tercatat didalam ’an ada 7 yaitu :
Nafsu Amarah,Nafsu Malhamah, Nafsu Lawamah, Nafsu Mutmainnah, Nafsu Radhiah, Nafsu Mardhiah, Nafsu Kamalia
Dengan mengenal nafsu-nafsu tersebut maka orang-orang tarekat akan mencapai martabat ditaraf nafsu-nafsu tersebut yang mempunyai kelebihan yang berbeda diantara martabat yang satu dengan yang lainnya.
Untuk mengenal dan mencapai martabat nafsu-nafsu itu seseorang itu hendaknya menuntut dan mengamalkan jalur ilmu tarekat dari guru-gurunya yang mursyid dan dapat pula mencapai martabat nafsu-nafsu tersebut,
Disamping mereka harus mengikuti petuah-petuah yang dianjurkan oleh guru mereka dari satu peringkat ke peringkat yang lain sehingga menjadi manusia sempurna (insan kamil) dan diridhoi Allah di dunia dan Akhirat.
Mereka hendaklah menjalani tarekat mereka dengan tekun dan penuh usaha agar tercapai martabat yang tertinggi.
Apapun pekerjaan dan amalan orang-orang tarekat tidaklah lagi mengharapkan pahala, artinya apa yang diamalkannya hanya untuk mendekatkan dirinya dengan Allah setiap saat, mereka tidak mengharapkan pahala atau surga tetapi semata-mata untuk mengenali tuhannya dengan berusaha untuk mengenali dirinya sendiri, tujuan mereka hanya Allah semata-mata tanpa embel-embel, sebagaiana mana kata yang masyhur ini : “ Padaku tiada pahala, tiada surga yang ku idam-idamkan adalah kekasihku Allah jua “
Perlu ditegaskan disini bahwa tujuan akhir pengajian Tarekat adalah untuk mengenal diri dan mengenal Allah, mensucikan nafsu dirinya ke suatu derajat nafsu yang tertinggi, kemuliaan dengan Allah s.w.t, mereka akan terus berusaha untuk mendekatkan dirinya dengan Allah selama masa hidupnya di alam fana ini, dalam setiap waktu dan setiap saat.
Cara Hakekat :
Cara ketiga adalah cara hakekat, adapun jalan ilmu hakekat ini adalah dengan cara menyelami dan mengenali diri sendiri yang merupakan satu-satunya jalan kearah Makrifat diri denga Allah dan ini adalah jalan yang dilalui oleh wali-wali Allah, Arifinbillah dan para Aulia.
Mereka-mereka yang menjalani pengajian ilmu Hakekat ini akan beriktiar dengan tekun dan tabah untuk mendekatkan dirinya dengan Allah dengan cara membongkar, menyelidiki dan menyaksikan rahasia diri sendiri yaitu rahasia Allah yang ditanggung oleh dirinya dan berusaha membentuk dirinya menjadi manusia  Kamil Mulkamil.
Bagi mereka yang hendak menuju kehadirat Allah dengan jalan Hakiki ini maka hendaklah mereka terlebih dahulu menjalani cara tarekat dan telah mampu membersihkan dirinya dari segala bentuk syirik kepada Allah taala.
Mereka hendaklah menjalani pengajian ini dengan guru-guru hakiki dan makrifat serta mursyid yang mempunyai pengetahuan yang luas serta mencapai ketahap martbatnya, disamping itu orang-orang hakiki haruslah mendapat didikan secara terperinci dari guru-guru gaib yang terdiri daripada wali-wali Allah yang teragung, nabi-nabi dan rasul-rasul.
Guru-guru Gaib ini akan mengajarkan mereka di samping guru zahir yang mursyid yang melatih mereka menjalani alam ilmu hakiki.
Guru-guru gaib akan mengajarkan mereka ilmu hakiki melalui LADUNI. ( untuk pengetahuan lebih jelas silahkan bertanya kepada guru-guru hakiki, makrifat lagi mursyid )
Dengan menjalani jalan hakiki maka manusia tersebut akan mencapai kesuatu tahap tertinggi disisi Allah dan sesungguhnya berbahagialah orang-orang hakiki yang mencapai martabatnya dan dapatlah mereka duduk disisi Allah di dunia dan akhirat.
Orang-orang hakiki yang sampai martabanya bukan saja mulia disisi Allah tetapi mereka juga mendapat kemuliaan dikalangan masyarakat dan dipuja oleh masyarakat sepanjang hayatnya.
Perlu ditegaskan disini bahwa tujuan akhir pengajian hakekat adalah untuk menjadi Allah pada zahir dan bathin yakni pada diri zahir dan diri bathin pada martabat kemuliaan Insan kamil mulkamil, Tiada sesuatupun pada dirinya kecuali Allah semata-mata.
Cara Makrifat :
Sementara jalan Makrifat ini adalah suatu jalan yang pernah dilalui dan dialami oleh para wali-wali Allah yang Agung, para Arifinbillah dan para Aulia, Nabi dan Rasul.
Seseorang yang ingin menuju kejalan makrifat kepada Allah haruslah terlebih dahulu menjalani latihan pada peringkat jalan hakekat karena jalan hakekat adalah sambungannya ke jalan Makrifat.
Orang-orang makrifat akan membongkar segala rahasia alam Kabir (alam semesta), rahasia alam Saghir ataupun atau alam gaib dan alam gaibul gaib.
Bagi mereka yang menjalani jalan makrifat, mereka diasuh bukan saja oleh guru zahir, hakiki lagi makrifat, guru-guru gaib yang terdiri dari wali-wali Allah, nabi-nabi dan para Rasullullah malahan bagi mereka yang sedang menuju ke jalan Makrifat ini akan di ajar sendiri oleh tuhannya melalui guru bathin yaitu diri rahasia Allah (diri rahasianya sendiri).
Bagi mereka yang mencapai ke peringkat makrifat ini, mereka adalah manusia yang luar biasa yang akan mendapat martabat, derajat dan kesaktian serta keridhoan yang paling tinggi disisi Tuhannya dan mereka duduk bersama tuhannya dan diberi kesempatan untuk menjelajahi tujuh lapis langit, tujuh lapis bumi, Arash dan Qursi, Surga dan Neraka semasa hidupnya di dunia ini.
Alangkah mulianya kita jika bisa mencapai martabat ini, kitalah orang tertinggi didalam segala hal dalam pandangan Allah s.w.t.
Orang-orang yan mencapai martabat ini akan mendapat sanjungan dari Allah s.w.t dan dari manusia sejagad, mereka akan dihormati sepanjang hayat mereka.
Matlumat terakhir dari pengajian Makrifat adalah untuk kembali semula menjadi Tuhan yaitu pada martabat diri kita di alam gaibul gaib yakni Ahdah. ( untuk pemahaman lebih mendalam silahkan bertanya kepada orang-orang Makrifat lagi mursid )
Semoga bermanfaat 

ILMU ALLAH

                                ** HUBUNGAN ILMU ALLAH DENGAN MANUSIA **

Manusia dijadikan oleh Allah untuk berbakti kepadanya dan  untuk menyatakan dirinya sendiri pada :   Zat,   Sifat,   Asma   dan   Apaalnya.
Firman Allah surah Az-azariaat ayat 56
Dan untuk mencurahkan baktinya kepada Allah maka manusia haruslah mengenal Allah,
Sabda Rasullullah :  Awaludin Makrifatullah = Awal agama adalah mengenal Allah
Oleh karena itu untuk bisa makrifat kepada Allah maka diberikanya ilmu kepada manusia melalui akal dan iman dengan satu harapan agar manusia mengetahui hakekat sebenarnya tujuan mereka ada di dunia ini.
Sesungguhnya semua ilmu yang ada pada manusia adalah ilmu Allah semata-mata sedangkan pada hakekatnya manusia itu adalah kosong tidak ada apa-apanya.
Surah Yunus ayat 57
Manusia sebenarnya tidak berhak atas sesuatu, hanya Allah saja yang Empunya, bagaimana manusia bisa mengaku “ ini hak aku “ atau “ itu hak aku “ sedangkan dirinya sendirpun bukan hak dia, tetapi hak Allah semata-mata.
Adapun Ilmu Allah terbagi atas tiga bahagian :
Ilmu Kalam, Ilmu Gaib, Ilmu Syahadah
Firman Allah Surah Iqra ayat 3-5
Firman allah surah al-Hasyr ayat 22
1.    ILMU KALAM
Adapun Ilmu Kalam ini adalah satu ilmu yang dapat dipelajari oleh manusia dengan manusia biasa dengan tujuan untuk memahami sesuatu di alam semesta kita ini, ilmu ini dapat di pahami dan diterima oleh pancaindera kita.
Ilmu kalam biasanya membicarakan dan mengajar manusia tentang sesuatu yang zahir semata-mata yang bisa diterima oleh daya pemikiran manusia saja.
Ilmu kalam bisa dipelajari di sekolah secara formal atau secara informal dengan masyarakat dan mahluk alam di sekeliling kita.
Tingkatan ilmu ini hanya bisa diterima oleh pancaindra dan hanya dimengerti oleh orang itu sendiri, tetapi orang itu tidak dapat menerangkan apa yang dia pahami kepada orang lain dengan menggunakan ilmu kalam ini.
Pemahaman terhadap ilmu ini adalah dengan apa yang di lihat,  di dengar, dirasa, oleh pancaindranya hanya sebatas itu saja dan tidak dapat diterangkan tentang pengalaman ilmunya kepada orang lain,
bahwa : kita tidak dapat menerangkan bagaimana rupa dari warna merah kepada orang buta sehingga orang buta tersebut dapat memahami dan mengenal rupa warna merah tersebut.
Jawabanya tentunya tidak bisa kita menjelaskannya, tetapi apakah kita tidak kenal dengan warna merah jawabanya kita kenal, lalu jika kenal kenapa pula kita tidak dapat memperkenalkan kepada si buta tersebut.
Ini menunjukkan bahwa tahap pencapaian pengetahuan ilmu kalam hanya sampai ke tahap ini saja tidak lebih dan tidak sampai kemana-mana.
Kalaulah warna merah yang berwujud dan dapat dilihat dengan mata  tidak bisa kita menjelaskannya kepada orang buta lalu
bagaimana halnya untuk memperkenalkan diri Allah s.w.t yang bersifat tidak sama dengan benda-benda yang ada di alam semesta ini?
Melihat kondisi seperti ini maka ilmu yang dapat menerangkan sesuatu yang tidak bisa diterangkan dengan ilmu kalam adalah Ilmu Gaib.
Dengan ilmu kalam manusia bisa mengkaji atom, tetapi manusia yang membuat kajian atom tersebut tidak mengerti apa itu atom sebenarnya, hal ini jika ditanya kepada seorang professor sekalipun sudah tentu dia tak dapat menerangkannya.
Biasanya ilmu kalam banyak menggunakan logika yang bisa diterima akal manusia, sebenarnya ilmu kalam ini adalah satu ilmu untuk berkomunikasi sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Yang mengajarkan ilmu kalam adalah guru zahir (manusia biasa) yaitu manusia yang mendapat pendidikan formal dari sekolah atau dari gelombang hidup masyarakatnya sendiri disamping kajian yang dibuat oleh manusia tersebut dengan fikirannya.
Sesungguhnya fikiran itu telah di ilhamkan oleh Allah kepada manusia tersebut didalam bidang-bidang tertentu dan kemudian disampaikan pula kepada manusia bahasa yang ada.
2.    ILMU GAIB
Adapun ilmu Gaib adalah ilmu yang dapat menjelaskan sesuatu yang tidak dapat diterangkan oleh ilmu kalam, ilmu ini meliputi alam sagir dan alam kabir.
Ilmu gaib hanya bisa diajarkan sepenuhnya oleh guru gaib dan tidak bisa diajarkan oleh guru zahir, dalam hal ini pengajaran dan pengkajian ilmu ini guru zahir hanya bertindak sebagai penasehat mengikuti pengalaman (mursyidnya) didalam bidang hakiki dan makrifat terhadap seseorang yang menerima ilmu gaib.
Biasanya guru gaib yang mengajarkan ilmu ini adalah terdiri dari wali-wali Allah yang gaib, para nabi dan rasulnya,
Mereka yang memegang ilmu gaib adalah yang dianugrahkan oleh Allah atau mereka-mereka yang sedang menjalani jalan hakiki dan makrifat melalui jalan tasauf atau sufiisme.
Ilmu gaib adalah satu ilmu pengetahuan yang luas sekali sehingga tidak bisa dicapai oleh daya pikir manusia, sesungguhnya pemegang – pemegang ilmu gaib adalah terdiri dari dua golongan manusia, pertama adalah mereka yang dipilih sendiri oleh Allah untuk dikaruniakan dengan ilmu gaib melalui satu cara penyampaian yang disebut LADUNI, bagi mereka ini akan terus diajari ilmu gaib oleh guru-guru gaib.
Adapun bagi golongan kedua adalah mereka yang menemui jalan hakekat kepada Allah dengan cara berguru dengan guru-guru hakekat dan makrifat serta mursyid yang mengetahui akan hakekat dan makrifat dan kemudian menerima petuah-petuah dari guru serta beramal dengan segala petuah gurunya itu. maka orang tersebut kemudian  mendapati Laduni melalui perantaraan guru gaib yang terdiri dari wali-wali Allah, nabi-nabi dan rasul-rasul.
Tingkatan ilmu gaib adalah menembus tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi serta apa saja yang ada diantara keduanya.
Bermula cara mendapatkan ilmu ini, maka seseorang ini hendaklah mensucikan jiwanya dengan mengamalkan kaedah-kaedah hakekat yaitu jalan menuju kepada Allah dengan jalan mengenal diri mengikuti kaedah-kaedah tasauf atau jalannya orang sufi.
Agar jalan sufi dapat dicapai maka orang ini harus juga tahu membersihkan diri dan jiwa raganya.
Oleh karena itu ilmu ini hanya boleh dicapai oleh akal dan iman saja
Maka seseorang yang hendak memiliki ilmu gaib ini harus mendapat akal terlebih dahulu dalam hidupnya, akal ini hanya bisa dihasilkan oleh hati orang-orang mukmin terhadap Allah s.w.t saja.
Sebelum mendapatkan akal maka orang itu harus menghancurkan gumpalan darah kotor diujung jantung mereka yang menjadi tempat istana iblis.
Bila saja hancur gumpalan darah kotor tersebut maka terpancarlah satu NUR dari dalam jantung yaitu Nur Kalbu.
Sesungguhnya cahaya atau nur ini adalah hatinya orang Mukmin artinya hati orang-orang mukmin itu adalah ISTANA ALLAH.
Dengan adanya akal maka manusia tersebut akan mempunyai Iman yaitu keyakinan hakiki terhadap sesuatu atau penerimaannya secara mutlak tanpa ragu-ragu terhadap sesuatu yang diterima melalui ilmu gaib walaupun sesuatu itu tidak bisa diterima oleh logika berfikir manusia.
Kadar kuasa penerimaan terhadap ilmu gaib yang luas ini adalah tergantung kepada kadar tingkat kesucian hati dan jiwa manusia tersebut.
Surah Al-Taghaabun ayat 11
Makin suci hati seseorang dengan Allah maka semakin tinggilah tingkat penerimaan ilmu gaib ini.
Pengetahuan ilmu gaib ini dapat dilihat dengan mata bashir, dengan telinga batin dapat pula dirasakan dengan hati hakiki yang dimiliki orang-orang Arifinbillah.
Ilmu gaib diajarkan kepada orang-orang tertentu melalui jalan LADUNI dengan 5 cara yaitu :
Dengan cara :  Nur,  Tajali,  Syir,  Syir-usyir  dan  Tawasul
1.    Dengan cara NUR
Cara ini biasanya diterima oleh seseorang yang sedang menjalani tarekat tasauf, biasanya datang melalui sebuah mimpi yang dialami oleh seseorang yang mengamalkan tarekat tasauf, mimpi ini bisa berupa kiasan atau secara terang-terangan.
Bila seorang murid dalam tidurnya bermimpi maka menjadi kewajibannya untuk menceritakan mimpinya kepada gurunya untuk mendapatkan penafsiran mimpi tersebut.
Dan bagi seorang guru yang mursyid dan berpengalaman sudah tentu dapat menerangkan arti mimpi yang diterima oleh anak muridnya.
Didalam mimpi tersebut orang-orang tasauf mungkin saja diberi kiasan dengan satu peristiwa yang dialaminya dalam mimpinya atau guru gaib yang terdiri dari Rasul-rasul, Nabi dan Waliullah datang mengajar sesuatu kepadanya didalam mimpi tersebut.
Maka dengan jalan mendapatkan mimpi tersebut orang-orang yang menjalani ilmu tasauf dapat menerima Ilmu gaib.
Firan Allah surah Yusup ayat 6
2.    Cara TAJALI
Tajali disini diartikan sebagai penjelmaan buah pikiran dari perasaan “ Zok ” selama mereka menjalani latihan tarekat tasauf.
Dengan mengalami “ Zok ” terhadap Allah maka tercetuslah dari mulut atau terlintas di akalnya suatu pengetahuan baru yang tidak pernah di dengar atau di ucapkan oleh mereka sendiri sebelumnya.
Misalnya    :    terbacalah dia sepotong doa padahal selama ini orang tersebut tidak pernah membaca doa sedemikian.
Didalam menghadapi tajali ini seseorang itu hendaklah bertanya kepada gurunya untuk mendapatkan keterangan yang lebih jelas, dengan rasa tajali ini maka seseorang itu akan memperoleh ilmu gaib.
NB,  Cara Tajali :
Biasanya seseorang yang sedang mengalami tajali sering timbul dikepalanya banyak persoalan kemudian dikemukakan persoalan tersebut kepada dirinya sendiri lalu didapatinya satu persatu jawaban yang tepat dan memuaskan hatinya, walaupun persoalan dan jawaban yang diperolehnya belum pernah dialami sebelumnya
Bila dilihatnya sesuatu maka secara tidak disengaja timbul dihatinya suatu ilham dan minat untuk mengkajinya, disinilah terbitnya persoalan, kajian dan jawaban dari akalnya sendiri.
Walhasil, dibandingkannya sesuatu itu dengan dirinya sendiri, tentang sikapnya, perangainya, pendiriannya dan sebagainya yang akhirnya menimbulkan kesadaran besar pada dirinya sendiri terhadap Allah s.w.t.
3.    Cara SIR
Adapun SIR itu adalah satu jalan penyampaian ilmu gaib secara rahasia, hanya dapat dirasakan dan didengar oleh orang itu secara jelas.
Biasanya seseorang yang sedang menjalani alam tasauf dapat menerima SIR ini diwaktu-waktu tertentu, biasanya melalui pendengaran telinga batin.
Dimana seseorang itu akan mendengar suatu suara yang datang kepadanya, suara tersebut akan memberitahukan sesuatu yang mengajar ilmu gaib dengan terang dan jelas, bisikan tersebut akan dirasai beserta dengan satu kenikmatan yang tak bisa diceritakan dengan kata-kata.
Cara SIR ini biasanya dinamakan oleh sebagian ahli tasauf sebagai radio atau telepon karena yang datang adalah suara-suara, inilah suara wali-wali Allah yang agung, yang mengajar seseorang itu tentang ilmu gaib.
Bila seseorang itu menerima SIR maka hendaklah menberitahukan hal tersebut kepada gurunya untuk mendapat penjelasan terhadap apa yang diperoleh dari guru gaib tadi.
4.    Cara SIRUSIR
Cara SIRUSIR adalah merupakan satu jalan penyampaian ilmu gaib dengan cara rahasia didalam rahasia.
Seseorang yang menerima ilmu gaib dengan cara ini maka mereka dapat melihat dengan mata bashir dan dapat mendengar dengan telinga batin mereka tentang peristiwa atau pengajaran ilmu gaib disamping itu saat penerimaan gambar dan pendengaran suara mereka juga merasakan suatu nikmat yang luar biasa.
Mereka bisa melihat dan mendengar dengan mata kepala mereka sendiri, hal ini bisa diibaratkan seperti tayangan gambar ditelevisi  atau tv phone.
Oleh karena itu sebagian orang tasauf menamakan ini sebagai penerimaan televisi, dan bagi seorang murid yang menerima pengajaran ilmu gaib dengan cara ini maka hendaklah menceritakan hal ini kepada gurunya supaya mendapat penjelasan lebih lanjut.
5.    Cara TAWASUL
Cara TAWASUL adalah dengan cara penjelmaan oleh guru atau wali-wali Allah yang gaib dan mereka menjelma untuk bertemu dengan orang-orang tertentu yang sedang menjalani tasauf, mereka ketemu dalam keadaan hidup-hidup, bukan dala keadaan mimpi, tidur atau sebagainya, dia datang sama seperti kita menerima kedatangan tamu pada umumnya.
Mereka datang dan memperkenalkan diri mereka dan tujuan kedatangannya, mereka akan mengajarkan ilmu gaib kepada orang-orang tersebut secara langsung, dan kita harus memahami pengajaran mereka tanpa ragu-ragu.
Kadang-kadang penjelmaan mereka bisa dilihat orang ramai jika pada waktu itu lagi ada orang.
Pengajaran ilmu gaib oleh guru-guru gaib dengan cara ini adalah jelas dan terang, kita dapat juga menanyakan hal-hal apa saja yang tidak kita pahami kepada mereka.
Perlu diingat bahwa kedatangan mereka itu adalah merupakan satu penghormatan kepada ahli tasauf atau sufi dan dengan ini terbentuklah satu hubungan yang baik dintara kedua belah pihak.
Bagi mereka yang dapat menguasai dan menyelami sendiri alam ilmu gaib maka sudah pasti mereka dapat menjelajahi seluruh alam semesta, tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.
Mereka juga diberi peluang untuk menjelajahi dialam lain termasuk alam barzah, surga dan neraka, Arash dan qursi Allah s.w.t dan ini bermakna bahwa mereka yang sampai ke martabat ini dapat menjelajah kesuatu alam yang jauh keluar daripada garis-garis tahap pikiran manusia.
Surah… Ayat… ( cari )
Artinya : barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar (alam lain)
Orang yang mencapai tingkat ini disifatkan oleh Rasullullah sebagai orang mati sebelum mati.
Hadist    :   Almauttu qablal maut =  matikan dirimimu sebelum kamu mati
Mereka yang telah mencapai ke peringkat ini adalah mereka yang telah berhasil dijalan hakekat dan makrifat dengan Allah. Jiwa mereka sering tenang disamping tuhannya semasa hidupnya di dunia ini atau di akhirat nanti. Mereka adalah termasuk golongan orang-orang yang baik dan beruntung.
ILMU SYAHADAH
Adapun ilmu syahadah adalah satu ilmu yang paling tinggi didalam mempelajari ilmu-ilmu Allah yang bisa dikuasai oleh manusia. Inilah martabat ilmu yang tertinggi.
Ilmu ini adalah satu ilmu makrifat dan syahadah secara sebenar-benarnya kepada Allah s.w.t.
Ilmu syahadah artinya tuhan sendiri yang akan mengajar manusia mengenali dirinya dengan lain perkataan bahwa ilmu syahadah adalah ilmu untuk menyatakan diri Allah itu sendiri.
Hanya orang-orang yang mencapai martabat ilmu gaib yang paling tinggi saja yang dapat menguasai ilmu syahadah ini.
Jika Ilmu kalam diajar oleh guru zahir dan ilmu gaib diajar oleh guru gaib maka ilmu syahadah hanya boleh diajar oleh guru batin saja yaitu diri batin kita sendiri yang telah mencapai makrifat kepada Allah dengan lain perkataan bahwa Tuhan sajalah yang boleh  mengajar diri kita akan rahasia ilmu ini.
Tingkat pengalaman dan pencapaian ilmu ini adalah jauh daripada ilmu gaib dan inilah ilmu yang paling tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia.
Ilmu ini hanya bisa dicapai oleh para Rasul, Nabi dan Wali-wali Allah yang teragung.
Alangkah mulianya bila kita dapat menyelami sendiri ilmu tertinggi ini dan sudah barang tentu kita akan menjadi manusia beruntung dan mendapat keridhoan Allah s.w.t.
Semoga bermanfaat, wasalam

MENINGKATKAN ILMU

by Ilmu Hakekat Usul Diri

Keterangan : ( Martabat = peringkat = level = tahap ) ( Nafsu = kwalitas = derajat )
**  MARTABAT NAFSU  **
Bila kita berbicara tentang nafsu maka yang muncul dipikiran kita adalah tingkah laku manusia yang tidak baik, nafsu adalah perbuatan syaitan, nafsu adalah hal-hal yang berhubungan dengan perbuatan negatif.
Pengertian nafsu disini kita bagi menjadi 2 bagian :
 Pertama    : Nafsu dalam artian Negatif yaitu yang timbul karena     kekotoran hati manusia.
Kedua        : Nafsu yang diartikan sebagai peringkat atau level atau martabat hati manusia.
Dalam usaha kita untuk mendekatkan diri dengan Allah maka kita perlu untuk mensucikan tiap-tiap martabat dari nafsu, kita harus bisa menembus hijab-hijab yang ada pada tingkatan nafsu-nafsu ini agar manusia bisa mengenal dirinya dan mengenal tuhannya.
Adapun nafsu itu letaknya dicabang hati manusia, nafsu disini bertindak sebagai dinding (hijab) hubungan antara diri rahasia manusia dengan tuan empunya diri (Tuhannya).
Oleh karena itu tugas manusia yang hendak menuju kepada makrifat hendaklah bisa memecahkan dinding-dinding hijab ini sehingga bisa sampai ke martabat yang paling tinggi yaitu kemulian disisi Allah s.w.t.
Dan tentunya kalau bisa kita membuka hijab-hijab ini maka bebaslah diri batin manusia itu untuk bertemu dengan diri empunya diri pada setiap waktu dan setiap saat.
Tanpa memecahkan dinding-dinding nafsu ini manusia tidak mungkin dapat kembali kepada Tuhannya semasa hidup didunia atau mematikan dirinya sebelum mati.
Kita harus bisa sampai kemartabat “ mematikan diri sebelum mati “  kalau mau kembali kepada Tuhannya saat masih bernafas.
Adapun martabat nafsu pada diri manusia terdiri dari tujuh nafsu sebagaimana yang termaktub dalam Alquran :
  1. 1.    Nafsu Amarah
  2. 2.    Nafsu Lawamah
  3. 3.    Nafsu Mulhamah
  4. 4.    Nafsu Mutmainnah
  5. 5.    Nafsu Radiah
  6. 6.    Nafsu Mardiah
  7. 7.    Nafsu Kamaliah
Sebagaimana firman Allah dalam Alquran surah Al-Mukminun ayat 17
 Artinya : sesungguhnya kami telah menciptakan keatas dirimu tujuh jalan (nafsu)
1. NAFSU AMARAH
Adapun nafsu amarah adalah satu kelakuan dari hati yang menimbulkan suatu perangai yang mengandung sifat-sifat Mazmumah yang berlebihan.
Manusia-manusia yang memiliki nafsu amarah biasanya memiliki sifat-sifat yang tidak disukai oleh Allah seperti : Dengki, khianat, iri hati, pemarah dan lain-lain, biasanya mereka yang dikuasai nafsu amarah bertindak mengikuti fikiran tanpa menggunakan akal, mereka merasa diri merekalah yang berkuasa atas ini dan itunya.
Firman Allah surat Yusup ayat 53
 Artinya : sesungguhnya nafsu amarah itu senantiasa menyuruh berbuat jahat.
Firman Allah surah Al-Jaashiah ayat 23
Dan sesungguhnya orang-orang yang diliputi nafsu amarah biasanya tak tahan diuji dan jika diuji dengan satu ujian atau cobaan mereka terus emosional bertindak mengikuti fikiran dibawah hasutan syaitan.
Pada peringkat ini manusia-manusianya dikuasai oleh syaitan, jiwanya sering tegang, fikiran sering kusut, jarang sekali untuk mengingat Allah.
 Mereka diperingkat nafsu ini akan mengingat Tuhan ketika susah dan melupaiNYA di saat senang.
Firman Allah surah Fusyilat ayat 51
Apa yang mereka lakukan semuanya semata-mata dorongan dari fikiran mereka dan tidak pernah timbul di hati mereka perasaan bersalah atas kesalahan yang mereka lakukan.
Sesungguhnya nafsu amarah ini adalah nafsu binatang bahkan lebih hina dari binatang karena mereka yang dikuasai amarah mempunyai hati tapi tidak “ memerhati “, mempunyai mata tapi tidak melihat dan mempunyai pendengaran tapi tidak mendengar, mereka-mereka ini bolehlah kita sebut binatang yang berupa manusia.
Surat Al-Aaraaf ayat 179
Sifat-sifat lain yang biasanya ada pada mereka yang dikuasai nafsu amarah seperti : tidak bersyukur atas sesuatu yang diperolehnya, suka mencela kelemahan orang lain walaupun teman karibnya sendiri, membayangkan dialah orang yang paling baik dan sempurna.
Justru karena itu adalah menjadi kewajiban dari manusia tersebut haruslah menyucikan sifat-sifat nafsu amarah tadi supaya timbul sifat-sifat murni dan hilangnya sifat-sifat mazmumah.
Surah Asy-Syams ayat 710 
Zikir orang yang masih di tingkatan nafsu amarah hanya dilidah saja tidak menyerap ke dalam hati, zikirnya hampa tidak bertenaga. Jiwa mereka pada tingkatan ini kosong, hubungan dirinya dengan empunya diri terputus, bahkan diri rahasianya di hijab dari Allah swt.
Orang seperti ini diri batinnya kurus, sakit tersiksa sedangkan badan zahirnya gemuk dan sehat, penyakit nafsu amarah jika dibiarkan menular pada jiwanya menyebabkan tertimbunya selaput tebal untuk dirinya mengingat tuhannya dan hidupnya terus hanyut tidak berpedoman bagai awan tertiup di langit.
Sesungguhnya bagi mereka yang dikuasai oleh nafsu amarah termasuk dalam golongan manusia yang rugi disisi Allah swt.
2. NAFSU LAWAMAH
Pada tingkat nafsu Lawamah manusia telah dapat menguasai satu perasaan semacam larangan bagi dia untuk melakukan sesuatu kesalahan, kezaliman atau apa saja yang dilarang oleh syariat.
Perasaan ini timbul pada sudut-sudut hatinya ketika mereka hendak melakukan sesuatu kesalahan, bisikan didalam hatinya ini yang disebut LAWAMAH.
Lawamah ini di ibaratkan seperti lampu isyarat di dalam mobil dimana lampu ini akan menyalah berwarna merah bila mobil tersebut hampir kehabisan bensin yang mengisyarat kita supaya mengisi bensin lagi sebelum nantinya mogok di jalan.
Bagi mereka yang mempunyai Lawamah dan mematuhinya dengan rasa tanggung jawab maka akan terselamatkan dari bahaya yang akan datang sebaliknya jika seseorang yang telah meningkat ke martabat nafsu lawamah tetapi tidak mematuhi isyarat larangan maka lama kelamaan akan padam dan kembalilah mereka ke nafsu amarah lagi.
Zikir mereka pada tahap ini masih melekat dibibir tapi kadang-kadang menyerap masuk ke dalam hatinya dan keadaan ini tidak tetap maka seharusnya orang ini meneruskan zikirnya dengan penuh ketabahan.
Mereka pada martabat ini masih ada sifat-sifat tercelah ( mazmumah ) tetapi sudah berkurang, jika mereka tetap patuh terhadap isyarat yang timbul di susut-sudut hatinya maka lama kelamaan sifat-sifat mazmumah ini akan hilang. Lama kelamaan mereka akan merasa segan untuk melakukan sifat-sifat mazmumah dalam hati mereka akan timbul penyesalan atas sikap-sikap mereka yang terdahulu.
Firman Allah Surah Al-Qiyamah ayat 2
Maka dengan ketekunan mematuhi isyarat serta kuat pula berzikir maka tingkatan nafsu mereka akan meningkat ke martabat nafsu yang lebih tinggi yaitu NAFSU MULHAMAH.
Pada peringkat nafsu Lawamah orang ini dapat menerima Ilmu Gaib melalui LADUNI pada peringkat Nur atau mimpi dalam tidurnya dan kadang-kadang dapat pula menerima ilmu melalui Laduni di peringkat Tajali.
Oleh karena itu seseorang di peringkat ini haruslah berusaha dengan tekun dan sabar mengikuti petuah-petuah gurunya agar peningkatan martabat nafsunya akan tercapai.
3. NAFSU MULHAMAH
Setelah seseorang berhasil mengikuti petuah-petuah gurunya dan menerima isyarat nafsu lawamah dengan patuh maka dia akan mencapai tahap nafsu yang lebih tinggi dan mulia martabatnya daripada nafsu Amarah dan nafsu Lawamah, adapun yang di maksud dengan nafsu tersebut adalan Nafsu MULHAMAH,
Pada peringkat ini mereka dapat menyingkirkan sebagian besar sifat-sifat yang tercelah, jiwa mereka mulai berkembang sifat-sifat baik, lapang dada, mereka dapat pengajaran ilmu gaib melalui jalan LADUNI diperingkat Nur dan Tajali daripada tuhannya.
Jiwa mereka kadang-kadang tenang dan adakalanya pikirannya gelisah, singkatnya sifat-sifat Mazmumah masih melanda jiwa mereka, zikir mereka di peringkat ini mulai melekat di hati tetapi tidak 100%  telah tetap di hati mereka.
Larangan berupa isyarat tetap berkembang dan lebih membesar dan pada peringkat ini mereka dapat merasakan perasaan “ zuk “, seseorang di peringkat ini akan menerima satu lagi cara penyampaian ilmu gaib melalui Laduni di  pe ringkat SIR, di mana dia dapat mendengar suatu suara gaib yang mengajar dirinya tentang ilmu gaib melalui telinga batin.
Biasanya suara gaib itu adalah suara guru gaib yang terdiri dari pada wali-wali Allah yang agung yang mengajar seseorang itu dengan terang dan jelas.
4. NAFSU MUTMAINNAH
Setelah mencapai suatu martabat Nafsu Mulhamah dan selalu mengikuti petuah-petuah gurunya serta dapat pula menerima “ zuk dan Sir “ di samping hilang pula segala sifat Mazmumah pada dirinya maka seseorang itu akan mendapatkan ketenangan, kelapangan jiwanya hilang perasaan resah dan gelisah di hatinya.
Hatinya saat ini mulai melekat rasa lamunan kasih terhadap Allah swt,
Firman Allah Surah Yunus ayat 62-64
Firman Allah Surah Al Fajr ayat 27-30
Zikir mereka di tingkatan ini  sudah melekat di hati dan ingatannya terus bersama Allah pada setiap saat, pada peringkat ini seseorang manusia dapat di sifatkan mencapai martabat wali, ( di namakan oleh para tasauf wali kecil ), di samping itu mulai dapat menerima ilmu gaib (Laduni) secara SIR USIR,
Pada peringkat nafsu Mutmainnah mereka dapat mendengar dan melihat dngan pendengaran dan penglihatan mata batin, mereka dapat melihat dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana suka dukanya seseorang yang sudah meninggal dunia dan beada di alam Barzah serta di beri peluang juga menjelajahi ke alam lain ( alam gaib ).
Pada peringkat ini timbulah sifat-sifat super yang tidak di miliki oleh orang-orang awam seperti : Keramat, Mendapat Ilham dan sebagainya, bagi mereka di peringkat ini sering di lamun persaan dan fana akibat kuatnya gelora lamunan cinta terhadap Allah swt.
5. NAFSU RAADIAH
Setelah mencapai martabat Nafsu Mutmainnah dan gigih melatih dirinya untuk Makrifat kepada Allah swt maka seseorang itu akan di tingkatkan lagi ke martabat nafsu RADIAH.
Zikir mereka pada saat ini tetap berada di hatinya dan ucapan zikirnya pula di hatinya semata-mata, mereka tidak pernah lupa atau lalai kepada Allah swt.
Pada martabat ini jiwa mereka suci, hati mereka bersih hening dan setiap apa yang di lakukan olehnya seirama antara hati, mulut, perbuatan, semuanya mulai mendapat keredaan Allah swt.
Adapun fana mereka dinamakan fana Qalbi yaitu hati nuraninya terus dilambung perasaan cinta kepada Allah swt pada setiap saat di manapun berada.
Mereka pada peringkat ini sering di jemput oleh wali-wali Allah yang agung untuk menjelajahi kea lam-alam gaib yang jauh keluar dari pemikiran manusia, di samping mereka terus di ajar tentang ilmu gaib yang lebih tinggi dan teknologi ilmu Allah yang tinggi yang sudah tentu tidak bisa di tandingi dengan teknologi manusia.
Disamping itu mereka bisa terus berkomunikasi dengan para rasul, nabi-nabi, aulia dan para wali-wali Allah, mereka dapat membicarakan hal-hal yang behubungan dengan ilmu gaib dan tentang petuah-petuah makrifat dengan Allah swt.
Kontak mereka ditingkatan ini adalah dengan Nur, Sir dan Sirusir pada saat kontak dengan para rasul-rasul, nabi-nabi, aulia dan para wali-wali Allah mereka dapat menikmati satu kelezatan yang tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata hanya bisa dirasakan sendiri oleh mereka yang sudah sampai tingkatan ini.
6. NAFSU MARDIAH
Bagi mereka yang sudah sampai martabat Nafsu Mardiah jiwa mereka sering Fana Bakabilla yaitu hatinya, kalbunya dan jasadnya sering sekali dilamun perasaan cinta yang amat sangat terhadap Allah swt.
Jiwanya tenang, lapang tidak gelisah, bahkan seluruh jiwa raganya tertumpu kepada Allah swt semata-mata, zikir mereka di level ini tetap bersemedi di dalam kalbu dan tidak pernah lalai dan lupa kepada Allah swt walaupun cuma sesaat.
Mereka sering menerima tamu-tamu agung yang terdiri daripada rasul, nabi-nabi, para arifin billah, para sidikin dan para wali-wali Allah disamping mereka juga dapat menerima ilmu gaib secara LADUNI di peringkat TAWASUL .
Mereka sering menjelajah seluruh alam maya dan alam gaib yang lain termasukSurga, Neraka, Arash dan kursi Allah swt.
Firman Allah surah Al Talak ayat 2
Dalam hal pemecahan wajah dirinya, mereka di tingkat ini sudah mendapat wajah di antara tujuh wajah ke delapan wajah bergantung kepada badan masing-masing.
7. NAFSU KAMALIAH
Adapun yang di maksud dengan Kamaliah adalah keadaan telah berkamil ( sempurna ), pada martabat ini apa saja kelakuan di antara diri batin dan jasad adalah sama dan tidak bercerai berai diantara satu dengan lainnya.
Di mana apapun yang mereka kerjakan di reringkat ini tetap di setujui dan di ridhai oleh Allah swt, maka secara sepontan keadaan ini di namakan …….,
Mereka ini kalau di katakana sakti teramat sakti, kalau keramat amat keramat, kalau alim teramat alim mereka mempunyai segala kelebihan yang tidak di miliki orang awam.
Siapa saja yang sampai ke tingkat ini mereka berpeluang menerima ilmu Syahadah yaitu Ilmu Allah yang paling tertinggi yang dapat di peroleh manusia alam maya ini, ilmu syahadah ini akan di ajarkan oleh Allah sendiri melalui guru yang di namakan guru batin.
Bagi mereka yang telah mencapai martabat nafsu Kamaliah mereka hendaklah berusaha pula mengembalikan dirinya kemartabat nafsu orang mukmin yaitu nafsu mutmainnah, mereka tidak harus tinggal lama di martabat nafsu Kamaliah, mereka harus menjadikan diri mereka ke orang awam, bergaul, berniaga, berpolitik dan menjadi khalifah  di alam maya tapi jiwa raganya tetap bersama Allah.
Fana baka Billah buat selamanya sehingga derajat dirinya susah di tafsir banyak orang, mereka disebut sebagai orang alim tidak alim, sifat manusia yang sempurna dan sederhana dimiliki oleh mereka di martabat ini dan mereka mulia di dunia dan akhirat
Akhirul kalam saya sampaikan kepada siapa saja yang membaca tulisan saya ini, tuntutlah ilmu tasauf sehingga tercapai martabat yang di gambarkan dalam uraian ini sehingga kita semua selamat di dunia dan akhirat.
Berbahagialah bagi engkau yang mencapai martabatnya.

JALAN YANG HAKIKI

by Ilmu Hakekat Usul Diri

JALAN KEWALIAN
Bahwa tugas manusia adalah menanggung rahasia Allah dan memulangkan rahasia tersebut di dalam keadaan yang bersih, suci seperti asalnya tatkala awal di terimanya dahulu.
Setelah dilahirkan ke muka bumi ini mulai dari kecil hingga besar manusia telah menjalani dinamika dalam kehidupannya hingga sampailah dia meninggal dunia, mulai saat itulah maka dia harus mempertanggung jawabkan amanah yang telah diberikan yaitu sumpah janji kita dengan Allah Ta’ala.
Manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan bersih disisi Allah, tetapi kemudian menjadi kotor dan  terhijab  hubungannya  dengan Allah  s.w.t., oleh karena itu maka terputuslah hubungan diri batin rahasia Tuhannya dengan diri Empunya Diri.
Keadaan seperti ini bisa diibaratkan seperti orang yang hidup sebatang kara dan berada di dalam gua yang tertutup, gelap gulita, tidak ada cahaya serta tidak ada juga jalan untuk keluar dari gua tersebut.
Hidupnya merana, resah, gelisah dan sebagainya sebelum dia dapat menemukan kembali jalan untuk keluar dari gua tersebut.
Begitu juga hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia memerlukan sinar hidayah untuk mengeluarkan dirinya dari hijab kegelapan, agar bisa kembali membuat hubungan dengan diri Empunya Diri.
Perlu diketahui bahwa hubungan antara diri Rahasia dengan diri Empunya diri harus berhubungan terus tanpa terputus dalam hidupnya selama 24 jam setiap hari dan setiap detik.
Seandainya diri kasar ( jasmani ) dapat dibikin menjadi gemuk dan sehat dengan memberi makan-makanan yang lezat seperti : daging, buah-buahan dan lain sebagainya, maka begitu juga dengan diri halus ( rohani ), dia juga membutuhkan makanan yang bisa membuat dirinya menjadi segar, gemuk dan bersih.  Makanan yang dimaksudkan itu adalah zikir.  Dengan makanan zikirlah maka dia dapat berhubungan dengan diri Empunya Diri dikala nafas masih dikandung badan atau jasad dan roh belum berpisah.
Oleh karena itu jika badan kasar manusia memerlukan minuman dan makanan agar bisa sehat, senang dan gembira, maka badan Rohani kita juga tidak terlepas daripada hal yang sama, semua itu tidak lain dan tidak bukan adalah zikrillah.
Oleh sebab itu makanan zikir ini harus kita sediakan supaya badan Rohani kita ini akan menjadi sehat, segar, suci, seimbang dengan kesehatan tubuh kasar kita.
Kebanyakan orang hanya bisa menjaga tubuh kasar ini dengan baik, kebersihan di jaga, makan minum di jaga, pakaian di jaga, pendek kata semuanya di jaga dengan baik. Tetapi mereka lupa menjaga dirinya yang satu lagi,  yaitu Rohani. Mereka membiarkan badan rohani itu tersiksa, kurus kering yang akhirnya menyebabkan jiwanya, matanya, pendengarannya tertutup oleh hijab-hijab yang tebal yang mengakibatkan terputusnya hubungan dirinya dengan Empunya Diri.
Akibat terputusnya hubungan manusia  dengan Tuhannya itu, maka muncullah sifat-sifat yang tidak baik pada diri manusia tersebut yang pada akhirnya menjauhkan dirinya dengan Empunya Diri, di samping itu timbul juga perangai-perangai yang dibenci oleh syariat dan hakikat Allah s.w.t.
Manusia seperti ini akan hilang perasaannya, hilang pertimbangannya. hilang fikiran baiknya, dan juga akan hilang akal sehatnya sehingga menyebabkan benih-benih iman pada  dirinya menjadi kotor dan  mati.  Bila saja benih-benih imannya mati maka manusia tersebut akan menjadi sesat dan lupa akan tugas utamanya dengan Allah  s.w.t. dan manusia itu diibaratkan seperti seekor bangkai yang bernyawa ataupun binatang berupa manusia.
Menyadari hal ini maka manusia harus kembali ke jalan Tuhannya dengan cara mengenal Tuhannya yang menjadi tuan Empunya Diri.
Seperti sabda Rasulullah s.a.w.
Awalludin Makrifatullah
Artinya   :
      Bahwa awal-awal hidup (agama) itu adalah mengenai Allah.
Oleh karena Allah Ta’ala mempunyai sifat yang tidak dapat dikenal oleh panca indra,   maka diberikanlah  jalan  untuk  mengenalinya dengan cara mengenal Rahasia diri sendiri.
Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah s.w.t.  di dalam Hadist Qudsi :
Man Arafa nafsahu fakad arafa Rabbahu
Artinya  :
     Barang siapa yang mengenal dirinya, maka kenallah Tuhannya.
Dalam proses pengenalan dirinya ini maka beberapa jalan harus ditempuh dan dilalui yaitu jalan tarikat, jalan hakikat dan jalan makrifat.
Jalan-jalan ini adalah merupakan jalan-jalan yang pernah ditempuh dan dilalui oleh para Rasul, Nabi-Nabi,  Aulia-aulia, para Ariffin-Biilah, para Siddiqin, para Salehin dan Wali-Wali Allah yang agung.
Mereka yang hendak menuju ke jalan ini haruslah membersihkan diri, hati, jiwa dan raga mereka yaitu, bersih dari sifat iri, dengki, khianat, syirik dan lain sebagainya yang mana semua sifat-sifat itu tidak disukai oleh Syari’at dan Hakikatnya Allah s.w.t.
Mereka hendaklah mendapatkan latihan untuk membersihkan dirinya dan jiwanya melalui seorang guru Hakiki dan Makrifat lagi Mursyid, yang bisa memberikan petuah dan petunjuk agar mengikuti pengalamannya untuk menuju ke martabat Hakiki dan Makrifat.
Seseorang itu hendaklah mencari seorang guru yang Mursyid, yang mempunyai ciri-ciri sebagaimana yang akan diterangkan di dalam bab mengenai “ GURU MURSYID “
Setelah menemui guru-guru yang Mursyid mereka haruslah berguru dengan guru yang dijumpainva itu serta meminta izin dari guru tersebut untuk disambung saluran Jalan Hakiki dan Makrifat dari padanya.
Bila saja tersambung saluran jalan Tarikat, Hakikat, Makrifat, maka sudah tentu gurunya akan mengarahkannya untuk berbuat sesuatu seperti disuruh berzikir, dengan zikir-zikir tertentu atau dengan cara-cara yang diatur oleh guru tersebut mengikuti tata caranya, tentunya setelah diangkat menjadi muridnya.
Maka hendaklah muridnya tersebut beramal dengan petuah-petuah yang diberikan oleh gurunya dari satu peringkat keperingkat berikutnya, dari satu zikir ke satu zikir berikutnya.
Seperti sabda Rasulullah s.a.w.
Artinya :
Barang siapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui (yang dipetuakan) niscaya  akan diwariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.
Syarat-syarat anak murid yang ingin mempelajari ilmu Hakikat ketuhanan, hendaklah mempunyai sifat ketabahan dan memenuhi 4 syarat penting :
1.         Berani                                                 .             ‘
2.         Ikhlas
3. .       Fikirannya tajam
4.         Akal yang waras.                                                                            
Bila seseorang mempunyai sifat-sifat ini maka bolehlah dia mempelajari ilmu hakikat dan Makrifat.
Adapun syarat-syarat seseorang yang hendak menuntut ilmu Hakikat, maka hendaklah mereka mengetahui dan mengikuti syarat menuntut ilmu seperti di bawah ini agar dia bisa memperoleh berkahnya di dunia dan akhirat.
  1. 1. Jangan mendurhakai guru dan anak cucunya sampai tujuh keturunan
  2. 2. Hendaklah taat kepada perintah guru.
  3. 3. Hendaklah seorang murid senantiasa berkhidmat  kepada    gurunya.
  4. 4. Bersedekah kepada gurunya dengan ikhlas.
  5. 5. Mengunjungi rumah guru minimal 2 hari raya setiap tahunnya.
  6. 6. Mencium tangan gurunya ketika bersalam dengan gurunya.
  7. 7. Senantiasa merendahkan dirinya kepada gurunya.
Di dalam menuntut ilmu Hakikat dan Makrifat ada 4 hal yang tidak boleh dilanggar secara sengaja atau tidak sengaja dan ini menjadi pantangan atau larangan besar dalam menuntut Ilmu Hakiki dan Makrifat.
Pertama : Durhaka kepada gurunya.
Kedua : Tidak beriman terhadap sesuatu yang ghaib    yang berkaitan dengan  ilmunya.
Ketiga : Tidak meyakini  atau ragu terhadap kebenaran ilmunya.
Keempat : Tidak tauhid dengan ilmunya yaitu tidak mempunyai keteguhan keyakinan terhadap keberkatan dan kesaktian ilmunya.
Adapun syarat-syarat murid dengan murid seperguruannya adalah :
1. Jangan iri hati diantara satu dengan yang lainnya.
2. Senantiasa mengamalkan dan menelaah ilmunya sesama murid.
3. Jangan bertengkar atau berkelahi sesama murid yang lain.
4. Senantiasa tolong menolong antara satu dengan lain.
5. Hendaklah menganggap sesama murid itu bersaudara.

6. Senantiasa memberi ingatan kepada yang lalai.
7. Membela gurunya dan kawan seperguruan-nya.
Pada peringkat awal penerimaan ilmu Hakiki dan Makrifat maka murid tersebut hendaklah mengamalkan petuah-petuah yang diberikan oleh gurunya.  sehingga murid tersebut dia akan mendapatkan NUR dalam bentuk mimpi di dalam tidurnya.  Mimpi-mimpi ini adalah merupakan sebagian daripada ilmu ghaib melalui penyampaian LADUNI dan bila hal ini dialami oleh  murid  tersebut,  maka hal ini harus diingat baik-baik, tentang apa-apa yang dilihatnya dalam mimpinya tersebut. Misalnya keadaan tempat, suasana tempat, orang-orang yang dijumpainya, bentuk rupa dan wajah orang-orang di dalam mimpinya tersebut dan sebagainya tentang apa-apa yang digambarkan di dalam mimpinya itu. Setelah itu murid tersebut sebaiknya membuat catatan untuk dipersembahkan kepada pengetahuan gurunya agar mendapat tabir penafsiran terhadap makna dan maksud mimpi tersebut di dalam konteks ilmu Hakiki dan Makrifat.
Murid ini hendaklah  terus menerus dan tekun mengamalkan  petuah-petuah dari gurunya hingga dia bisa membersihkan gumpalan darah kotor yang berada di Jantungnya shingga terpancarlah nur dari hatinya dan sesungguhnya nur itulah yang dinamakan hati nurani
Setelah berhasil mendapatkan hati nurani maka murid tersebut dalam menjalani latihan hakikat dan makrifat ini akan dikaruniakan satu mata yang dapat melihat  dan menembus 7 lapis langit 7 lapis bumi, mata tersebut dinamakan mata bashir. Sesungguhnya melalui mata bashir dan telinga batin inilah seseorang murid tadi akan dapat menerima ilmu dari guru-guru ghaib yang akan mengajar ilmu hakiki dan makrifat melalui satu lagi cabang atau cara penyampaian LADUNl yaitu SIRUSIR.
Keadaan tingkah-laku murid pada peringkat ini sudah mulai berhasil membentuk jiwanya tenang, lapang, tidak ada lagi perasaan resah gelisah di dalam hidupnya. sedangkan hatinya terus berada bersama Allah pada setiap detik dan setiap saat.
sebagaimana firman Allah Ta’ala :
Surah Al Fajr  ayat   :  27 – 30
Artinya         :
Wahai orang-orang yang  bernafsu pulanglah kepada pangkuan    Tuhanmu dengan perasaan lapang dan kesenangan dan jadilah kamu  hambaKu dan kekallah dirimu didalam Syurga.
Pada peringkat ini murid tersebut bisa disifatkan telah mencapai makam wali kecil yaitu pada  martabat  nafsu mutmainnah dan Syurga  dijamin sudah oleh Allah di Akhirat nanti.
Pada martabat ini mereka telah dapat meningkatkan pendengaran dan penglihatan mereka melalui telinga batin dan mata bashir mereka ke alam Barzah ( alam kubur ). Mereka juga dapat melihat bagaimana alam Barzakh. Mereka bisa melihat dan mendengar dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana nasib atau suka-duka seseorang itu yang telah berada di alam Barzakh. Di samping itu juga mereka diberi kemampuan untuk menjelajahi ke alam lain. Oleh sebab itu bila telah sampai ke martabat ini seseorang murid itu tidaklah boleh memberhentikan latihan dan amalannya mengikuti petuah gurunya. Dia harus bekerja lebih keras dan lebih tabah untuk menjangkau martabat yang lebih tinggi lagi.
Dia harus berusaha membersihkan dirinya untuk mencapai tingkatan yang lebih luhur lagi, pada tingkatan ini hatinya sering fana bersama dengan Allah s.w.t. zikirnya pada tingkatan ini telah melekat dihatinya pada setiap saat dan tidak terpisah dari menilik rahasia dirinya serta dia dapat memecah diri batinnya dari satu wajah ke wajah yang lain sampailah ke wajah yang tertinggi pada martabat 9.
Bagi mereka yang telah berhasil mendapat wajah, mereka ini akan berpeluang menelusuri alam yang lebih jauh. Mereka dapat menembus 7 lapis langit, 7 lapis bumi. Mereka menjelajah sambil melawat dengan penuh kenikmatan, kebahagiaan dan kegembiraan yang tidak mungkin dapat di ungkapkan dengan kata-kata. Hal ini hanya bisa dirasakan sendiri oleh orang-orang yang mendalaminya  dan yang telah sampai pada martabatnya.
Jiwa mereka saat ini sering fana bersama dengan Allah s.w.t.  serta jiwanya tidak pernah terpisah pada ingatanya kepada Allah s.w.t.  pada kondisi ini hatinya mulai bersih, suci dan luhur pada Allah s.w.t. mereka sering lupa diri zahirnya karena terlampau asyik menilik ke dalam rahasianya sendiri karena mereka menikmati  suatu kelezatan yang ter-amat sangat.
Dalam keadaan fana beginilah maka seorang murid tersebut sering terucap dari mulutnya yang menimbulkan fitnah pada orang-orang syariat.
Misalnya terucaplah dari mulutnya dengan kata “aku makan semeja dengan Tuhanku” ataupun sambil mengangkat tangannya kepada orang “Ini tangan Tuhan”, kadang-kadang keluar ucapan secara fasih dan nyaring dengan kata-kata “Akulah Tuhan sebenarnya”  dan lain sebagainya yang membuat bingung orang-orang syariat. Keadaan ini timbul karena begitu kuatnya gelora fana yang bergelombang didalam lamunan cintanya terhadap diri rahasianya.
Dalam kondisi murid yang keadaannya seperti ini maka dia harus mendapat perhatian khusus dari gurunya agar dia tidak menimbulkan suatu fitnah dari orang-orang syariat yang bisa jadi membahayakan keselamatan dirinya sendiri.
Bila seseorang murid itu telah berhasil mencapai tahapan ini, maka bolehlah disifatkan murid tersebut telah sampai ke martabat Wali Besar ( Wali Akbar ) pada peringkat nafsu  …………… ataupun …………..
Kalau sudah mencapai ke tahapan ini maka seorang murid tersebut akan menerima tamu-tamu agung yang terdiri dari para Rasul, para Nabi, para Aulia, dan Wali-wali Allah yang datang mengunjungi mereka dan mengajarkan ilmu-ilmu yang lebih dalam dan memberi peluang kepada mereka menjelajahi alam yang lebih jauh termasuk Syurga, Neraka, Arash dan Qudsi Allah s.w.t.
Kehadiran para pelawat agung tersebut adalah secara hidup-hidup bukan dalam suatu mimpi. Penerimaan tetamu semacam ini disebut oleh para ahli Tasawuf sebagai cara penerimaan Laduni di peringkat Tasawuf.
Jiwa murid yang telah Berhasil menerima – Tasawuf ini sangat tenang, hatinya tetap terus bersama Tuhannya pada setiap saat dan terhadap diri rahasianya adalah tetap. Pada situasi seperti ini bisa juga disifatkan murid tersebut telah dapat sampai ke makom Fana Bakabillah dan duduklah ia di dalam kelezatan bersama dengan Allah s.w.t.
Setelah menerima Tawassul, maka seseorang murid tersebut hendaklah berusaha terus untuk menjangkau satu lagi martabat  ……… ( Insan Kamil ) pada martabat nafsu……… ataupun ……….
Dimana bila saja tercapai pada martabat ini murid tersebut akan menjadi orang yang tertinggi di sisi Allah s.w.t. dan di pandang mulia oleh setiap  makhluk di muka bumi ini.
Murid ini dalam kehidupannya seperti orang biasa pada umumnya yaitu : berniaga, bertani, berpolitik, dan sebagainya sehingga susah bagi orang lain untuk menerka kedudukan ilmunya dan mertabatnya di sisi Allah s.w.t.
Pendek kata kehidupan mereka seperti orang biasa pada umumnya, tidak menampakan ilmunya dan lain-lain perangai yang susah untuk ditebak oleh manusia biasa tentang kealimannya, ketinggian derajatnya, keberkatan dirinya dan sebagainya.
Dalam kehidupnya mereka membaur dalam masyarakat dengan menyembunyikan ilmunya, sementara hatinya tidak sekali-kali pernah melupai Allah s.w.t. walau sedetikpun.
Ingatan dan tilikan terhadap diri rahasinya tidak pernah lepas atau lalai, malah dia tetap tinggal dan beristana didalamnya pada setiap saat sepanjang hayatnya.
Inilah suatu martabat yang paling tinggi yang dapat dicapai oleh manusia di dalam memakrifatkan dirinya dengan Allah s.w.t. mereka sangat mengenal akan dirinya dengan arti kata yang sebenar-benarnya.
Dialah seorang manusia yang tetap berada di sisi Allah di dunia dan akhirat, dan di akhirat nanti mereka akan ditempatkan bersama para Rasul, Aulia, Nabi-nabi di dalam menikmati bakti yang tertinggi.
Seperti firman Allah s.w.t. di dalam Al-Qur’an  :
Surah : An Nisaa’ Ayat 69
Artinya           :
Dan barang siapa yang mentaati Allah da rasulnya. Mereka itu akan  bersama orang-orang yang dianugerahi nikmat yaitu para Nabi, para Shidiqqin, para Syuhadah dan orang-orang Shalleh dan mereka itulah sebaik-baiknya umat.
Ingatlah bahwa permulaan pada saat tercapainya seorang murid pada Martabat Wali Kecil yaitu pada nafsu ……  maka timbullah sifat-sifat agung yang di miliki  oleh seorang Wali seperti : berkat, keramat, mustajab dan sifat-sifat lainnya yang tidak ada pada manusia biasa, pendek kata apa yang adalah apa yang diminta akan dikabulkan, apa yang dikehendaki akan terjadi.
Manakala telah tercapai peringkat atau martabat Wali Besar yaitu pada nafsu …. atau ….. maka muncul juga sifat-sifat kesaktian atas dirinya.
Disini semua kelakuan yang diperbuatnya akan diredhoi oleh Allah Ta’ala secara spontan.
Pada hak tertinggi para Tasawuf mensifatkan kelakuan begini sebagai :
  KUN FAYAKUN
Artinya     :
Jadi maka jadilah
Pada martabat ini mereka mempunyai kesaktian yang amat tinggi.
Oleh karena itu wahai anak cucuku tuntutlah jalan kewalian ini, semoga kita semua di redhoi di dunia dan akhirat.

EMPAT SERANGKAI


ISLAM, IMAN, TAUHID DAN MAKRIFAT
Seseorang yang hendak  menjadikan dirinya sebagai mukmin dan makrifat kepada Allah s.w.t. maka mereka hendaklah mengetahui tentang Islam, Iman, Tauhid dan Makrifat. Karena keempat perkara ini mempunyai ikatan yang erat antara satu dengan yang lain.
TENTANG ISLAM
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa islam adalah sebuah agama yang dibawa oleh para rasul, nabi-nabi sampailah kepada junjungan kita nabi Muhammad s.a.w.
Sesungguhnya cara hidup islamlah  yang diakui oleh Allah s.a.w seperti firman Allah didalam al-Qur’an.
Surah : Ali Imran ayat 19
Innadina Indallahil Islam
Artinya :
Sesungguhnya cara hidup ( agama ) yang diakui oleh Allah adalah islam.
Dan Firman Allah lagi :
Surah : – Al- Maaidah            ayat : 3
Alyauma aqmaltulakum diinakum wa atmamtu a’laikum nikmati waradinulakum islamadina.
Artinya :
Pada hari ini telah kusempurnakan cara hidup ( agamamu ) dan Nikmatku dan kuredai islam sebagai cara hidupmu ( agamamu ).
Dan Firman Allah lagi
Surah : Ali Imron ayat 85
Artinya :
Barang siapa mencari agama selain agama islam maka sekali-kali tidak akan diterima ( agamamu ) dari padanya.
Dan Firman Allah didalam al-Qur’an lagi :
Surah  : Ali Imran ayat 102
Ya aiyuhanas itakkullaha hakkatukati wala tamutunna illa wa antum muslimun
Artinya :
Hai orang-orang beriman takutlah kepada Allah dengan saebenar-benar takuT dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama islam.
Kebanyakan para ulama syariat menafsirkan islam sebagai agama selamat, agama sempurna dan sebagainya.
Tetapi didalam bab ini kita akan menafsirkan perkataan islam ini mengikuti pandangan tasauf, yang mana kita akan menguraikan islam itu mengikuti huruf yang ada pada perkataan ISLAM itu.
Bermula kata islam ini terdiri dari empat huruf yang masing-masing hurufnya mempunyai makna yang berkaitan dengan huruf yang lain.
Huruf-huruf tersebut adalah : Alif, Syin, Lamalif dan Mim.
Adapun huruf Alif itu mengisyaratkan kepada Ana, Allahu, Ahad, huruf Syin  mengisyaratkan Salam sejahtera, Selamat, bukit Thursina dan huruf Lamalif itu mengisyaratkan kepada syahadat tauhid yaitu Laillaha illalah sedangkan huruf Mim itu mengisyaratkan kepada syahadat Rasul yaitu Muhammadarrasullullah.
Maka jika dirangkaikan berbunyi : Allah menyelamatkan mereka yang mengucapkan Laillahaillallah Muhammadarrasullullah
Yaitu : orang yang mengaku Allah adalah Tuhan dan Nabi Muhammad itu Rasul Allah
Dalam konteks yang lain kata ISLAM itu mengandung 5 huruf yaitu : Alif, Syin, Lam, Alif dan Mim
Bermula huruf Alif itu mengisyaratkan kepada …. Yaitu …..
Dimana hal ini meliputi martabat ahdah, wahdah, wahdiah, alam roh, alam missal, alam ijsam dan alam insan. Dialah Tuhan yang memerintah dunia dan akhirat dan dialah diri Empunya Diri yang memberi tanggung jawab kepada manusia memikul akan rahasiaNya ( amanahnya ).
Bermula huruf Syin itu adalah mengisyaratkan kepada Selamat yaitu selamat dunia akhirat.
Seperti firman Allah didalam al-Qur’an:
Surah : Maryam ayat 15
Artinya:
Selamat ( sejahtera ) atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan ( hidup kembali ).
Dan bermula huruf Lam pada Islam itu adalah memberi makna kepada kita yaitu Liut  ( lemah lembut ) yang terkandung dalam ….. yaitu …..
Artinya :
Allah itu liut ( lemah lembut ) dan sangat dekat ( tidak bisa dipisahkan )
Adapun huruf Alif pada kata Islam itu mengisyaratkan kepada Adam yaitu bapak sekalian jasad.
Dimana Adam dan anak cucunya yang menanggung Rahasia Allah ini akan diuji kesetiaan dan sumpah janjinya melalui godaan iblis, syaitan dan kroninya. Maka mereka harus tahan diuji jika mau menjadi pemegang amanah yang sejati dan khalifah Allah dimuka bumi ini.
Seperti firman Allah didalam al-Qur’an:
Surah Al-Baqarah ayat 34
Waij’qala Rabbuka lilmala ikatisjudu li adama fasajadu illa iblis
Artinya :
Dan ingatlah kami, kami berfirman kepada malaikat supaya sujud kepada Adam maka sujudlah mereka kecuali iblis.
Dan firman Allah lagi :
Surah : Yasin ayat 60
Artinya :
Bukan aku telah memerintah kepada kamu hai Bani Adam supaya kamu tidak mematuhi kehendak syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata.
Dan firmah Allah lagi :
Surah : Albalad ayat 4
Artinya :
Sesungguhnya aku jadikan manusia itu adalah untuk diuji.
Dan bermula huruf Mim itu mengisyaratkan kepada …. yaitu Muhammad ( bapak roh ) karena setiap yang ada dan wujud ini adalah dari pada Nur Muhammad yang ditajalillkan.
Seperti firman Allah didalam al-Qur’an :
Artinya :
Surah: AI-Ambiyaa’ ayat 107
Artinya :
TidakKu utuskan engkau ( Muhammad ) kecuali untuk membawa rahmat kepada sekalian alam.
Dialah contoh yang harus diikuti oleh manusia jika keredaan Allah s.w.t. hendak dicapai.
Arti kata Islam
arti kata Islam
arti kata islam
2
2
3
3
TENTANG IMAN
Iman diartikan sebagai  : 
Keyakinan yang mutlak terhadap sesuatu tanpa mengsyirikkannya dengan yang lain.
Kita beriman dengan Allah s.w.t. berarti kita menyakini secara total bahwasanya Allah s.w.t. itu adalah Tuhan semesta alam dan tidak menduakannya dengan yang lain.
Kita beriman dengan Rasulullah, berarti kita menyakini dengan total bahwasanya nabi Muhammad s.a.w. itu adalah utusan Allah s.w.t dan tidak mengingati dengan yang lain.
Sesungguhnya iman itu muncul dari pancaran Nur  Kalbu yang menerbitkan sesuatu kelakuan yang mempunyai daya keyakinan total terhadap sesuatu hal, terutama perkara ghaib yang keluar jauh dari jangkauan pemikiran akal manusia. Mereka menerimanya tanpa sedikitpun ragu dengan sifat syakwa sangka dan was-was terhadap yang diberitakan kepadanya.
Tanpa iman manusia tidak dapat menerima perkara-perkara ghaib dan sudah barang tentu hal ini tidak bisa diyakini berdasarkan logika kerana keluar dari penerimaan akal mereka.
Terutama yang berkaitan dengan ilmu Allah s.w.t., banyak perkara-perkara gaib yang tidak bisa dicerna dengan akal pikiran manusia karena sudah keluar dari daya pemikiran manusia, contoh yang jelas adalah tentang diri Allah s.w.t itu sendiri.
Di samping itu tanpa iman manusia tidak mungkin mendapat petunjuk dari Tuhannya.
Firman Allah s.w.t. di dalam Al Quran :

alif lam mim
alif lam mim
Surah Al-Bagarah  ayat 1 – 5
Artinya :
Sesungguhnya al-quran ini tiada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang takwa yaitu mereka yang mempunyai iman kepada perkara-perkara gaib, yang mendirikan sholat dan membagikan sebagian rizki yang kami anugerahi….

** TENTANG RUKUN IMAN **

by Ilmu Hakekat Usul Diri

Iman kepada Allah
Iman kepada Allah yang di praktekkan orang dewasa tidaklah sama dengan yang di ucapkan anak kecil, iman bukanlah semata-mata percaya, iman adalah wujud dari pengakuan, baik ucapan maupun yang ada dalam hatinya, dengan menguasai betul pengetahuan tentang apa yang di imaninya serta di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Tuhan=baqa=abadi, tanpa antara, tidak di mana atau dimana tapi ada di mana-mana meliputi alam semesta, bukan ini bukan itu, terlepas dari ruang dan waktu serta tidak bisa dijangkau oleh akal pikiran dan khayalan.
Jangan terjebak dengan istilah, mau disebut apa saja asalkan sifat-sifat yang dikemukakan itu sifat yang sepatutnya bagi tuhan, tidak masaalah,
Inti beriman kepada Allah adalah agar kita bisa meningkatkan level spiritual kita dari satu tingkat ketingkat berikutnya hingga mencapai insanul kamil agar tuhan bisa terwujud dalam aplikasi kehidupan kita sehari-hari.
Iman kepada Malaikat
Iman kepada malaikat bukan berarti kita percaya bahwa ada mahluk halus yang mempunyai kekuatan lebih daripada manusia, kalau begini cara berfikirnya sama dengan kita percaya adanya setan atau sebangsa mahluk halus lainnya yang juga mempunyai kekuatan “super”. Malaikat tunduk dan bersujud kepada manusia karena di dalam diri manusia ada diri rahasia tuhan, kita harus memahami hubungan antara manusia dengan malaikat karena malaikat bukanlah sosok mahluk yang berada diluar diri manusia.
Bagi mereka yang bisa mensucikan hatinya malaikat akan bersujud dan turun kedalam dirinya dengan menyatakan sebagai wali atau aulia atau sahabat kita untuk memberikan bimbingan sehingga kita mendapatkan ketenangan hidup. Hakekat malaikat adalah pelindung=penjaga=pengawal=sahabat kita, bukankah dulu di alam shagir (kandungan ibu) mereka sudah di tugaskan untuk menjaga kita dan mengawal kita sampai ke dunia ini?  Setelah kita sampai ke dunia mereka pun gaib.
Iman kepada Kitab-Kitabnya
Yang ada dipikiran kita ketika iman kepada kitab-kitabnya adalah taurat, zabur, injil dan alquran, ini pemikiran yang sempit seakan-akan nabi itu hanya ada di timur tengah saja. Yang namanya tuhan adalah untuk manusia sedunia bukan untuk bangsa tertentu saja, bahwa tuhan telah mengirimkan rasulnya pada setiap umat yang ada di muka bumi ini.
Mengimani kitab-kitabnya artinya memercayai semua jenis kitab yang telah DIA turunkan, hakekat kitab-kitab itu bukan kitab yang sudah ditulis diatas kertas, kalau begini cara pikirnya berarti kita telah terjerumus kedalam pemberhalaan teks. Bukankah kitab-kitab yang ditulis itu sudah banyak menimbulkan perselisihan? Sebab, makna yang ada di dalam teks itu tergantung kepada pembacanya artinya latar belakang si pembaca akan ikut mewarnai makna ayat yang dibacanya.
Dulu waktu kita berada di alam shagir pada saat waktunya tiba untuk kita keluar ke dunia ini, kita merasa cemas dan takut karena harus berpisah dengan saudara rahasia kita juga karena akan menghadapi kehidupan didunia, untuk menghilangkan rasa itu maka dibelahlah dada kita untuk dimasukan kitab ini. Hakekat kitab=iman=ilmu jadi setiap orang telah mempunyai kitabnya sendiri-sendiri.
Iman kepada Rasul-Rasulnya
Secara awam iman kepada rasul-rasulnya adalah percaya bahwa tuhan telah mengirimkan rasul-rasulnya didunia, sementara rasul sudah berakhir pada nabi Muhammad maka yang ada tinggal kepercayaan belaka. Kalau cara pikir kita seperti ini maka ini hal yang sudah tidak aktual lagi.
Karena rasul sudah tidak ada maka penggantinya adalah ulama-ulama, bisa dibayangkan bila pendapat ulama dianggap sebagai petunjuk rasul. Apa yang terjadi bila dipahami demikian? Tidak perlu saya jelaskan lagi karena kita bisa lihat sendiri kenyataannya didunia ini.
Seharusnya rasul yang diimani tetap aktual dan hidup bukan rasul yang mati, bukankah dalam setiap sholat kita mengucapkan salam kepada rasul kita? Bukankah yang hanya bisa mendengar salam itu yang hidup? Dan bukankah kitapun telah membaca balasan dari salam yang kita sampaikan kepada rasul kita? Apakah ini semua sekedar basa-basi dalam sholat? Sesungguhnya ini semua menunjukkan adanya hubungan langsung sesama yang hidup.
Iman kepada Hari Akhir
Kebanyakan orang mengira bahwa hari akhir itu alam semesta ini akan mengalami kehancuran, lalu setelah itu alam baru dibangun dan dilakukan seleksi siapa yang masuk surga dan siapa yang masuk neraka.
Kembali kepada tuhan tidaklah serentak melainkan satu per satu seperti dilahirkan, akhirat bukanlah alam yang baru nanti adanya, saat ini pun sudah ada, mereka yang meninggal sebagai saksi kebenaran, dan mereka itu adalah kita.
Jika yang menjadi dasar keyakinan kita bahwa langit dan bumi secara fisikal ini hancur lebur adalah karena adanya beberapa ayat yang mengatakan demikian, itu karena kita mengartikan ayat itu secara harfiahnya, yang akhirnya kita menempatkan kiamat ada diluar diri, sementara kita bisa melihat contoh orang yang sedang menghadapi sakratulmaut tanpa menguasai ilmu sakratulmaut, bagaimana gambaran alam yang ada dipikran dia saat itu?
Didalam alquran dinyatakan, bahwa Ibrahim diakhirat termasuk orang-orang yang saleh artinya di akhiratpun banyak hal yang harus dikerjakan tidak bermalas-malasan menikmati rezeki, artinya lagi beliau ada di alam akhirat sedang giat bekerja untuk kemaslahatan hidup.
Iman kepada Takdir
Iman kepada takdir secara tersurat tidak ada dalam alquran, akhirnya kepercayaan kepada takdir ini membelah umat misalnya, kelompok fatalistic, kehendak bebas, kesimbangan iktiar dan takdir dll.
Terlepas dari semua faham diatas bahwa manusia insan kamil merupakan tajalli dari tuhan, jadi manusia sebenarnya wadah bagi qodrat dan iradatNYA, manusia harus bisa meningkatkan kwalitas hidupnya hingga esensi ketuhananlah yang ada pada dirinya, sebagaimana ada hadist yang mengatakan bila tuhan mencintai hambanya maka dia akan menjadi penglihatan, pendengaran, ucapan dan perilaku jadi setia sepenuhnya merupakan pegangan hidup sehingga tidak di ombang-ambing dengan berbagai pandangan tentang takdir.

** CARA MENGUCAPKAN SYAHADAH **

by Ilmu Hakekat Usul Diri

CARA MENIKMATI UCAPAN
DUA KALIMAH SYAHADAH


Adapun mengucapkan dua kalimah syahadah itu adalah dengan melafazkan kata :

“ Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasullullah “

Ucapan kalimah ini juga boleh dinamakan sebagai ucapan penyaksian diantara kita dengan diri kita, dengan cara-cara sebagai berikut :

1.                 Hilangkan diri kita.
Maksud menghilangkan diri  adalah dengan cara kita merasai dengan satu perasaan yang sesungguh-sungguhnya bahwa diri kita ini adalah tidak mempunyai apa-apa, tidak berkuasa, tidak melihat, tidak mendengar, tidak berkehendak, tidak ……  tidak….. hanya Allah s.w.t. bersifat teragung itu.
Kita fanakan (kosongkan) diri kita dan kita isbabkan (tampilkan) segala-galanya kepada Allah s.w.t.
Bila saja kita telah hilang segala-galanya, dan yang nyata Allah s.w.t. semata-mata, segera kita ucapkan lafaz dua kalimah syahadah ini, dan selama kita melafazkan dua kalimah syahadah ini maka kita hendaklah menilik kedalam bathin kita dan kita bayangkan rupa   wajah kita. Sesungguhnya hanya kita sajalah yang tahu bagaimana perasaan hilang diri itu.
Untuk lebih jelasnya bertanya-lah kepada orang-orang makrifat lagi mursyid yang pernah mengalami hal yang seperti ini.

2.                 Melafazkan kalimah
Adapun maksud melafazkan dua kalimah syahadah tersebut adalah dengan cara kita melafazkannya dengan mulut dan diresapi di dalam hati. Ucapkan kalimah syahadah tersebut secara tanpa diwakafkan dimana-mana bahagian kalimah, Intinya adalah bagaimana kalimah syahadah itu bisa dibaca dalam satu nafas, kemudian bacalah dengan terang mengikuti bacaan huruf dan baris masing-masing serta hendaklah dibaca secara panjang. sebab jika diwakafkan pada kalimah, maka pada hakekatnya kita telah mencoba untuk memisahkan diri rohani kita dengan diri kita yang jasmani. Sesungguhnya bahwa diri kita yang zahir ini tidak boleh dipisahkan dengan diri bathin kita.
Untuk menjadi kamil (sempurna) di antara keduanya maka kalimah syahadah ini harus dilafazkan terus habis tanpa diwakafkan, melainkan dalam satu nafas saja.

3.                 Hendaklah dibaca dan didengar oleh seluruh tubuh
Dua kalimah syahadah ini hendaklah ditanamkan didalam dada yaitu ketika kita melafazkan kalimah tersebut maka serentak dengan itu hendaklah diikuti oleh semua panca indera serta seluruh anggota tubuh kita turut melafazkan kalimah syahadah tersebut. Jangan sekali-kali melafazkan kalimah tersebut hanya dibibir dan di lidah saja tanpa diikuti oleh panca indera dan anggota tubuh lainya. Bila saja kita bisa melafazkan dengan cara tersebut di atas sudah barang tentu kita akan merasai gemetar seluruh tubuh kita dan disertai dengan satu rasa kelezatan yang amat sangat.
Silahkan diulangi selalu ucapan dengan cara tersebut diatas, sehingga hal tersebut menghasilkan satu kelezatan yang amat sangat seperti yang pernah dialami oleh orang-orang ariffinbillah dan orang-orang makrifat kepada Allah s.w.t.

4.                 Merasai nikmat
Perasaan yang mengalir apabila kalimah syahadah ini dilafazkan tidak bisa di terangkan dengan kata-kata tetapi hanya dapat dinikmati oleh orang-orang yang merasainya.
seperti kata orang-orang sufi :…
Artinya : Barang  siapa yang tidak merasainya dia tidak akan mengetahui.
Untuk keterangan lebih lanjut silahkan bertanya kepada guru yang makrifat lagi mursyid.
Namun begitu alangkah bahagianya apabila kita sendiri dapat merasai dan menikmatinya. Ini berarti kita telah ber-jaya menyaksikan diri kita dengan satu bentuk kesaksian yang hakiki dan makrifat. Oleh karena itu, wahai saudaraku, bersyahadatlah kamu sampai ke martabat orang-orang ariffinbillah, karena jika kita tidak ber-jaya memperolehnya maka berarti syahadah kita adalah syahadat tanda yang tidak mengandung arti dan faedah apa-apa.